Minggu, 07 Mei 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL




LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
 
 












KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada saya. Sehingga saya mampu menyelesaikan laporan eksperimen dengan judul “Laporan Praktikum Psikologi Faal“ . Laporan ini saya buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah PsikologiFaal.
Penyusunan laporan ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 8 November 2016

Penyusun








DAFTAR ISI
Halaman Judul   ............................................................................................ 1
Kata pengantar   ............................................................................................ 2
Daftar isi            ............................................................................................ 3
Praktikum I Muller-Lyer .............................................................................. 5
A.    Dasar Teori .......................................................................................... 5
B.     Tahap-tahap Percobaan ....................................................................... 7
C.     Kesimpulan .......................................................................................... 7
D.    Daftar Pertanyaan ............................................................................... 8
Praktikum II Tremor ................................................................................... 11
A.    Dasar Teori ........................................................................................ 11
B.     Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 11
C.     Kesimpulan ........................................................................................ 12
D.    Daftar Pertanyaan ............................................................................. 12
Praktikum III Indra Penglihatan ( Organ Visus) ........................................ 15
A.    Dasar Teori ........................................................................................ 15
B.     Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 16
C.     Kesimpulan ........................................................................................ 16
Praktikum IV Indra Pendengaran (Organan Auditus) ............................... 17
A.    Dasar Teori ........................................................................................ 17
B.     Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 18
C.     Kesimpulan ........................................................................................ 19
Praktikum V Indera Peraba (Organ Tactus) ............................................... 20
A.    Dasar Teori ........................................................................................ 20
B.     Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 22
C.     Kesimpulan ........................................................................................ 23
Praktikum VI Indera Pembau (Organ Olfactus) ........................................ 25
A.    Dasar Teori ........................................................................................ 25
B.     Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 25
C.     Kesimpulan ........................................................................................ 26
Praktikum VII Indera Pengecap ( Organan Gustus) .................................. 27
A.    Dasar Teori ..................................................................................... 27
B.     Tahap-tahap Percobaan .................................................................. 28
C.     Kesimpulan ..................................................................................... 28
Daftar Pustaka   .......................................................................................... 30
Lampiran            .......................................................................................... 31



PETUNJUK PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG
PRAKTIKUM I
Muller – Lyer
A.    Dasar Teori
Proses persepsi tidak lepas dari system sensori karena proses persepsi didahului oleh system sensori (pengindraan). Pengertian persepsi dalah proses mengintegrasikan, mengenali, dan menginterpretasikan informasi yang diterima oleh system sensori, sehingga menyadaro dan mengetahui apa yang di indra sebagai bentuk respon dari individu (Walgito, 2003 & Pinel, 2009).
Menurut Walgito (2004: 131) menjelaskan bahwa ilusi yaitu kesalahan individu dalam memberikan persepsi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Orang seringkali mempersepsi suatu kejadian atau keadaan yang terjadi di sekitarnya.  Dalam mempersepsi tersebut seringkali terjadi kesalahan, karena dalam mengartikan suatu stimulus ini melibatkan perasaan dan pemikiran. Kesalahan dalam mempersepsi stimulus ini wajar terjadi pada individu.
Ilusi Muller-Lyer pertama kali dipopulerkan oleh psikiatris Franz Carl Muller-Lyer pada akhir abad 1800 (Kasdin, 2000).Garis mana yang lebih panjang? Meskipun penglihatan kita mengatakan bahwa garis kiri yang lebih panjang, perhitungan menggunakan mistar menunjukkan bahwa kedua garis tersebut sama panjang.Keberadaan panah pada setiap ujung garislah yang mempengaruhi kesalahan persepsi panjang tersebut. Panah masuk seolah-olah memendekkan garis dan panah keluar memanjangkan garis, Muller-Lyer menciptakan istilah “confluxion” untuk ilusi ini (sumber: American Psychology Association).
Sedangkan menurut Rochester Institute of Technology (dalam www.rit.edu), ilusi ini dapat dijelaskan menggunakan 5 teori, yaitu perspektif kedalaman, pergerakan mata, keterbatasan ketajaman mata, teori rata-rata, dan intertip disparity theory. Menurut teori perspektif kedalaman: dalam dunia tiga dimensi, perspektif kedalaman berhubungan dengan penentuan jarak, semakin dekat objek dengan mata maka semakin besar objek tersebut di retina. Sehingga, dalam dunia dua dimensi pada ilusi Muller-Lyer, otak membuat asumsi kedalaman relatif berdasarkan isyarat-isyarat yang ada (dalam hal ini tanda panah). Kita terbiasa melihat sisi gedung dari luar yang nampak seperti gambar A bagian kiri dan sisi gedung dari dalam sebagaimana gambar A bagian kanan. Sisi gedung luar nampak lebih jauh dari sisi gedung yang dilihat dari dalam. Dalam ilusi Muller-Lyer, retina akan menangkap bahwa kedua garis memiliki tinggi yang sama, namun otak (menggunakan perspektif kedalaman) biasanya akan menang dengan mengatakan bahwa sisi yang memiliki panah keluar berarti lebih panjang.
Teori pergerakan mata: sebagaimana dalam gambar B, garis sebelah kanan diartikan lebih pendek karena panjang garis di ujung akan dikembalikan oleh pangkal (akibat panah). Dengan kata lain, ketika mata kita melihat mengikuti garis, akan dikembalikan ketika mengikuti panah, pengembalian inilah yang memengaruhi persepsi kita menjadikan garis lebih pendek. Sebaliknya, ketika bertemu dengan panah keluar mata akan memersepsikannya lebih panjang.
Teori keterbatasan ketajaman mata: ketajaman penglihatan merupakan kemampuan kita untuk mengenali detil visual. Kita memiliki ketajaman yang baik pada pusat yang tetap, namun pada area luar (pada gambar), penglihatan kita mengabur. Pada pandangan yang kabur, garis yang bersebelahan akan nampak mendekat. Berdasarkan hal ini, pada Muller-Lyer, dua garis yang membentuk panah akan nampak mengabur dan berpindah dari pusat panah yang sebenarnya. Hasilnya adalah garis dengan panah ke dalam nampak lebih pendekdan garis dengan panah keluar akan nampak lebih panjang.
Teori rata-rata: jarak pasangan panah (atas dan bawah) mempengaruhi kemampuan perhitungan panjang kita. Dikatakan bahwa penilaian Muller-Lyer berdasarkan jarak antar panah di kedua ujung. Jarak rata-rata antarpanah ke dalam lebih sedikit ketimbang antarpanah yang keluar. Rasio panjang panah juga akan mempengaruhi kekuatan dari ilusi. Untuk membuktikan hal ini, dapat kita bandingkan antara garis yang diakhiri oleh panah dengan arah yang sama dengan garis yang diakhiri oleh panah dengan arah yang berbeda.
Intertip disparity theory menyatakan bahwa secara perseptif manusia akan mengukur ilusi dari ujung panah. Maka dari itu, ilusi maksimal akan tercipta ketika kedua panah di ujung mencapai jarak 0 (berhimpitan) dan berkurang saat bertambahnya jarak antarpanah (antarujung). KegunaaanUntuk mengukur keakuratan persepsi mengenai panjang serta membuktikan adanya ilusi mata.

B.     Tahap – Tahap Percobaan
1.      Topik                           : Persepsi
2.      Nama Praktikum         : Percobaan Muller-Lyer
3.      Tujuan                         : Untuk mengetahui adanya ilusi dalam penglihatan seseorang, untuk mengetahui hubungan antara fungsi fisiologis dengan persepsi seseorang.
4.      Alat & bahan               : Alat Muller-Lyer, penutup mata, dan alat tulis
5.      Jalannya percobaan     :
·         Testee menghadap alat praktikum dengan jarak sekitar 1 meter.
·         Dengan mata terbuka keduanya, testee diperintahkan untuk membuat panjang garis dengan tanda panah keluar dengan panjang garis dengan tanda panah masuk menjadi sama dengan cara merubah salah satu tanda panah.
·         Lakukan lagi dengan mata kiri tertutup.
·         Lakukan lagi dengan mata kanan tertutup.
6.      Hasil percobaan           :
No
Subyek
Kedua Mata Terbuka
Mata Kanan Tertutup
Mata Kiri Tertutup
Keterangan
1
Riki Antoni
19,5 cm
19 cm
17,5 cm
Gugup, Ragu-ragu
2
Muhammad F.A.
18,7 cm
20,6 cm
20 cm
Percaya diri

C.    Kesimpulan
Praktikum Muller Lyer yang dilakukan kedua subyek ini dapat disimpulkan bahwa setiap subyek memiliki ilusi dan persepsi yang berbeda-beda terhadap stimulus yang dilihat. Hasilnya sangat berbeda ketika subjek menginterpretasikan stimulus yang dilihat. Alat indera atau reseptor berfungsi sebagai alat untuk menerima stimulus, kemudian syaraf untuk melanjutkan stimulus yang diterima oleh alat indera untuk diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) untuk diproses dan akhirnya direspon melalui syaraf motorik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk menginterpretasikan stimulus yang datang dari luar sehingga diperolehnya persepsi.
D.       Daftar Pertanyaan
1.      Apa yang saudara ketahui tentang ilusi Muller Lyer ?
Jawab : Alat ilustrasi Muller-Lyer biasanya digunakan untuk eksperimen yang berhubungan dengan illusi atau ketepatan persepsi. Illusi Muller-Lyer merupakan sebuah ilusi optik yang terjadi saat seseorang salah mempersepsi panjang salah satu ruas garis dari dua garis dengan anak panah yang beragam arah, dimana salah satu garis dibatasi oleh anak panah yang mengarah ke dalam dan garis yang lain dibatasi oleh anak panah yang mengarah keluar, satu diantara dua garis tersebut dapat bergerak ke dalam dan keluar.
2.      Apa yang saudara ketahui tentang persepsi, ilusi, dan hubungan antara persepsi dan ilusi?Jawab :      
·         Persepsi adalah proses dari diterimanya stimulus oleh alat indra yang kemudian disalurkan ke syaraf-syaraf sensori lalu dikirimkan ke otak untuk diproses dan akhirnya stimulus bisa diinterpretasikan.
·         Illusi merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau penilaian terhadap stimulus yang diterimanya. Contohnya pepohonan atau tetumbuhan di tepi jalan seperti bergerak menjauh.
·         Hubungan antara persepsi dan ilusi
Proses dari diterimanya stimulus oleh alat indera yang kemudian disalurkan ke syaraf-syaraf sensori lalu dikirimkan ke otak untuk diproses dan akhirnya stimulus bisa diinterpretasikan, sedangkan ilusi adalah kesalahan individu dalam memberi persepsi terhadap stimulus yang diterima. Seseorang seringkali mempersepsi suatu keadaan dan kejadian yang terjadi di sekitarnya, dalam mempersepsi terkadang mengalami kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu, karena dalam mengartikan suatu stimulus ini melibatkan perasaan dan pemikiran.
3.      Bagaimana proses fisiologis yang terjadi dalam persepsi seseorang?
Jawab :Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera di teruskan oleh syaraf sensori ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.
4.      Mengapa seseorang mengalami ilusi ?
a.       Secara Fisiologis
Ilusi fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan
b.      Secara psikologi
Individu mengalami ilusi biasanya disebabkan oleh adanya ketakutan, kecemasan, dan keinginan atau pengharapan terhadap sesuatu maka terjadi adanya ilusi secara psikologis bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan.
5.      Dalam percobaan Muller Lyer, apa saja yang dapat mempengaruhi hasil percobaan? Jawab :
1)      Kognitif ( akal atau pikiran)
2)      Perasaan
3)      Tingkat kosentrasi
4)      Kefokusan
5)      Kondisi mata
6.      Menurut saudara, apakah hasil percobaan Muller Lyer dapat membuktikan adanya ilusi? Jelaskan !
Jawab : Ya, karena disaat testee membuat panjang garis dengan tanda panah keluar dengan panjang garis dengan tanda panah masuk  menjadi sama, testee mengalami kesalahan dalam memperkirakan dan menyamakan antara panjang garis tetap dan garis yang dapat digerakkan. Dikarenakan kesalahan dalam mempersepsi stimulus yang datang berupa arah anak panah pada garis ujung yang berlawanan sehingga terlihat lebih panjang.
7.      Apa yang saudara ketahui tentang persepsi jarak?
Jawab :Persepsi jarak merupakan kemampuan individu untuk melihat dunia dalam tiga dimensi dan untuk mempersepsi jarak. Karena saat kita melihat jarak dengan kedua mata kita, maka akan terjadi perbedaan gambar yang ditangkap oleh retina kemudian otak mengintegrasikan dua gambaran ke dalam satu gambar gabungan.



PRAKTIKUM II
TREMOR
A.    Dasar Teori
Tremor adalah suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara berulang-ulang. Tremor merupakan gangguan gerakan yang paling sering ditemui. Pada pemeriksaan, yang perlu diperhatikan adalah gerakan dari tremor itu dan ada tidaknya gejala neurologis lain. Penting juga mendapatkan informasi keterlibataan obat ataupun alkohol yang dapat mempengaruhi gerakan. Dalam menangani tremor, cukup banyak yang dapat dilakukan dokter tetapi semua itu tergantung dari penyebab tremor itu sendiri.
Emosi adalah keadaan yang timbul oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitanya denan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Dengan demikian emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar ( benda, manusia, situasi, cuaca), maupun dari dalam diri kita (tekanan darah, kadar gula, lapar, ngantuk, dan lain-lain), pada indra-indra kita. Selanjutnya, kita menafsirkan persepsi kita atas rangsangan itu sebagai suatu hal yang positif (menyenangkan, menarik) atau negatif (menakutkan, menegangkan) yang selanjutnya kita terjemahkan dalam respon-respon fisiologis dan motoric dan saat itulah terjadi emosi.

B.     Tahap-Tahap Percobaan
1.      Topik                        : Gerakan
2.      Nama Praktikum      : Percobaan Mendeteksi Tremor
3.      Tujuan                      : Untuk mengetahui adanya gerakan tremor pada seseorang, untuk mengetahui apakah gerakan dipengaruhi oleh emosi.
4.      Alat & bahan            : Alat pendeteksi Tremor, Stopwatch dan Alat tulis.
5.      Jalannya percobaan  :
·         Testee dalam keadaan santai diperintahkan untuk mengikuti gelombang pada alat dengan menggunakan tongkat pada alat tes tersebut.
·         Hitung waktu yang dicapai dan kesalahan yang dibuat.
·         Testee diperintahkan untuk melakukan hal yang sama dengan emosi yang sudah terbangkitkan (bisa dengan memberikan batas waktu dan dalam pelaksanaan tugas diberi stimulus sehingga cemas atau panik).
·         Hitung waktu yang dicapai dan keselahan yang dibuat.
6.       Hasil percobaan           :
No
Subyek
Perlakuan I
Perlakuan II
Keterangan
Waktu
Kesalahan
Waktu
Kesalahan
1
Fajar
1:16
26
28 detik
12
Gugup, tegang, gerogi
2
Vida
1:58
10
32 detik
23
Teliti, sabar, gugup, tegang, terburu-buru

C.    Kesimpulan
Kedua testee sebelum praktikum terlihat tenang dan santai. Setelah beberapa waktu dalam mengerjakan praktikum kedua testee terlihat gugup, tegang dan testee mengalami terburu-buru dalam menggerakan tongkat tersebut, tangan testee terlihat gemetar (tremor)akibatnya testee mengalami banyak kesalahan akibat kecemasan emosi masing-masing.Tremor ini diperparah pada saat pelakuan kedua dengan membatasi waktu 1 menit, kedua testee mengalami stres dan kelelahan dalam menggerakan tongkat tes sehingga testee mengalami banyak kesalahan daripada pelakuan pertama. Tremor yang terjadi merupakan tremor esensial biasanya bersifat ringan dan tidak memiliki penyebab yang pasti. Keadaan ini bisa di perberat oleh stress emosional, kecemasan, kelelahan, kafein atau obat-obatan.
D.    Daftar Pertanyaan
1.      Apa yang saudara ketahui tentang Tremor?
Jawab :Tremor adalah gerakan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali pada satu atau lebih bagian tubuh. Tremor biasanya terjadi karena bagian otak yang mengontrol otot mengalami masalah.Tremor menyebabkan gemetar pada tubuh, bagian yang paling sering terkena adalah tangan.
2.      Apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya tremor? Jawab :
·         Penyalahgunaan alcohol
·         Komsumsi kafein berlebih
·         Keracunan merkuri
·         Gangguan kecemasan
·         Kelelahan fisik
·         Kelelahan
·         Ketakutan
·         Emosi
·         Kesadaran
3.      Bagaimana proses fisiologis yang terjadi pada tremor?
1.      Jawab : termor terjadi pada kelompok otot saat kontraksi dalam keadaan sadar dan dalam fase tidur pada tingkat tertentu. Gerakan yang terjadi di dalam berbagai kelompok otot dalam hitungan menit karena berusaha mempertahankan keseimbangan. Jika fungsi ganglia basalis atau serebelum terganggu, maka pengendalian utama gerakan tidak lagi dapat memberikan kontribusi menyeluruh terhadap kerja keseimbangan yang rumit, dan gerakan yang terjadi itu dapat mengayun menjadi lebih jelas dan terlihat.
4.      Bagaimana hubungan antara emosi dengan tremor?
Jawab :Perasaan emosi yang berlebih dapat menimbulkan tremor karena seseorang yang sedang ketakutan atau gugup juga bisa mengakibatkan gemetar. Tremor akan hilang dengan sendirinya jika emosi sudah tenang.
5.      Coba jelaskan akibat kedua perlakuan yang berbeda pada tingkat tremor seseorang (dengan suara – tanpa suara / dibatasi waktu – tidak dibatasi waktu) Jawab : Sebelumnya testee dalam keadaan santai, lalu testee mulai melakukan tes dengan perlahan-lahan dan penuh keteletian menggerakan tongkat pada alat tes tersebut. Tetapi beberapa waktu kemudian testee mengalami gugup, tegang dan gerogi dalam melakukan tes. Dengan menunjukan tangan gemetar (tremor) testee melakukan banyak kesalahan. Tremor diperparah pada saat pelakuan dibatasi waktu karena testee mengalami stress dan rasa lelah yang mengakibatkan testee mengalami banyak kesalahan daripada pelakuan pertama. Testee termasuk mengalamitremor esensial biasanya bersifat ringan dan tidak memiliki penyebab yang pasti. Tremor esensial biasanya disebabkan oleh stress emosional, kecemasan, kelelahan, kafein atau obat-obatan.




PRAKTIKUM III
INDERA PENGLIHATAN (ORGAN VISUS)
A.    Dasar Teori
Stimulus pada system visual adalah cahaya.Untuk melihat, maka diperlukan adanya cahaya, mata, dan otak. Proses penglihatan dimulai dari adanya cahaya yang menengenai benda masuk ke mata lalu diterima bagian belakang mata yang disebut retina. Retina memiliki lebih dari 131 juta sensor. Sensor ini akan mengirimkan pesan dari gambar benda tersebut ke otak melalui sel saraf penglihatan. Otak akan menerjemahkan pesan tersebut dan akan memberi tahu gambar yang dilihat oleh mata.
Persepsi adalah proses untuk memilih, memilah, dan mengartikan informasi yang diperoleh melalui indra (Susatyo, 2014). Menurut Anderson (1995) dalam Aulia (2010), persepsi kedalaman adalah persepsi yang muncul berdasarkan informasi mengenai kedalaman atas suatu objek.
Dalam Aulia (2010) disebutkan bahwa manusia memiliki kemampuan dan ketelitian yang luar biasa dalam membuat beberapa penilaian. Salah satu aspek yang menarik dari persepsi visual adalah kemampuan untuk memersepsi kedalaman. Retina menerima informasi hanya dalam dua dimensi, panjang dan lebar. Namun, otak mentranslasi isyarat-isyarat tersebut menjadi tiga dimensi dengan menggunakan monocular depth cues (menggunakan satu mata) dan binocular depth cues (menggunakan dua mata).
Monocular cues hanya mendapatkan gambaran 2D karena menggunakan satu mata, maka yang didapat adalah: occlusion, isyarat relatif, bayangan, ukuran relatif, familiar size, perspektif atmosferik, perspektif linier dan kualitas permukaan, serta movement produced cues (dalam website University of California-Irvine).
Binocular cues tergantung dari gambaran di kedua mata, jarak antar mata kita sekitar 6 cm sehingga kita mendapatkan sudut pandang yang berbeda namun juga saling mendukung. Perbedaan tersebut dinamakan binocular disparity, yang diubah menjadi informasi kedalaman. Informasi yang terkandung di dalamnya dinamakan stereopsis.

B.     Tahap – Tahap percobaan
1.      Topik                           : Indera Penglihatan
2.      Nama Praktikum         : Percobaan Howard Dollman
3.      Tujuan                         :Untuk mengetahui adanya persepsi seseorang terutama mengenai persepsi kedalaman.
4.      Jalannya percobaan     :
·         Testee dalam keadaan santai diperintahkan untuk duduk di depan dengan menghadap pada alat.
·         Dengan mata terbuka keduanya, testee diperintahkan untuk menyamakan jarak sebuah tongkat dengan menggunakan tali.
·         Lalu lakukan dengan mata kanan tertutup dilanjutkan mata kiri mata kiri tertutup tertutup.
5.      Hasil percobaan           :
No.
Subjek
Kedua mata terbuka
Mata kanan tertutup
Mata kiri tertutup
Keterangan
1
Nadia
30,2 cm
32,5 cm
29,5 cm
Ragu ragu
2
Oktavia
30,2 cm
33,1 cm
29,4 cm
Tenang, Ragu ragu

C.    Kesimpulan
Pada saat testee dengan mata terbuka, dengan mata kanan tertutup , dan mata kiri tertutup menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda. Padahal saat testee melakukan percobaan testee merasa batang satu dengan batang satunya sejajar.Akan tetapi hasilnya batang-batang tersebut tidak sejajar, bahkan jarak dari ketiga percobaan sangat berbeda ini dipengaruhi oleh adanya persepsi yang mempersepsi benar dan tidaknya (Ilusi).Oleh karena itu setiap mata kanan dan mata kiri menginterpretasikan secara berbeda terhadap stimulus yang datang.



PRAKTIKUM IV
INDERA PENDENGARAN (ORGANAN AUDITUS)
A.    Dasar Teori
Proses yang terjadi dalam sistem pendengaran secara umum, yaitu adanya benda-benda yang bergetar akan menggetarkan udara dan menimbulkan gelombang. Gelombang udaralah yang akan masuk ke telinga kita lalu menggetarkan gendang telinga  dan bagian lain di dalam telinga. Pesan yang dihasilkan oleh getaran organ dalam telinga akan dikirimkan ke otak dan akan diterjemahkan menjadi suara. Dua prinsip dalam organisasi korteks auditori primer adalah sebgai berikut :
1.      Korteks auditori primer terorganisasi dalam kolom-kolom fungsional. Setiap daerah dalam korteks auditori primer ataupun sekunder diorganisasikan berdasarkan frekuensinya.
2.      Sebagai besar sistem auditori , seperti kokhlea, korteks auditori diorganisasikan secara tonotopik.
Bunyi dapat didengar manusia melalui transmisi getaran bunyi. Transmisi getaran bunyi ada dua macam, yaitu:
1.      Transmisi Hawa (Aerotymponal), yaitu jalannya getaran melalui penghantar hawa. Jalannya impuls sebagai berikut: sumber suara menggetarkan udara daun telinga meatus acusticus externus menggetarkan membrana thympani osicula auditiva menggetarkan perilymphe membrane basalis bergetar organon corti (reseptorpendengaran) bergetar membrana tectoria menstimulasi ujung rambut neuroepithelnervus cochlearis otak (lobus temporalis) sadar akan bunyi.
2.      Transmisi Tulang (Craniotymponal), yaitu jalan getaran melalui penghantar tulang. Jalannya impuls sebagai berikut: getaran sumber suara menggetarkan tulang kepalamenggetarkan perilymphe pada skala vestibule skala tymphani dan selanjutnyaseperti penghantaran melalui udara atau hawa.
Smeltzer (2002), menyatakan bahwa uji Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara.teori Smeltzer (dalam Arifin Muttaqin : 2010), bahwa individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala, maka kondisi pendengaran seseeorang dikatakan tidak normal.
Smeltzer juga menyebutkan apabila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan apabila ada kehilangan pendengaran konduktif, suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Maka diindikasikan testee mengalami tuli konduktif atau tuli saraf.Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral (Arif Muttaqin, 2010 : 120).
B.     Tahap- Tahap percobaan
1.      Topik                           : Indera penglihatahn
2.      Nama praktikum          : Percobaan Weber
3.      Tujuan                         : Melakukan pemeriksaan indera pendengaran
4.      Alat & bahan               : Garpu tala A & B
5.      Jalannya percobaan     :
·         Testee diperintahkan duduk di kursi yang telah di sediakan.
·         Garpu Tala A & B disiapkan untuk dipukulkan keduanya menggunakan bantuan orang lain.
·         Kedua telinga terbuka, testee diperintahkan untuk mendengarkan Garpu Tala A & B dipukulkan di samping telinga, kemudian Garpu Tala A ditempelkan di atas kepala tengah.
·         Lakukan lagi dengan telinga kiri tertutup.
·         Lakukan lagi dengan telinga kanan tertutup



6.      Hasil percobaan           :
Testee
Kondisi telinga
Kedua telinga terbuka
Telinga kanan tertutup
Telinga kiri tertutup
Isabella
Berdengung tetapi lebih cenderung disebelah kanan
Kiri berdengung
Kanan biasa saja
Kanan berdengung
Kiri biasa saja
Shela
Berdengung tetapi lebih berdengung disebelah kanan
Kiri berdengung
Kanan biasa saja
Kanan berdengung
Kiri biasa saja
C.    Kesimpulan :
Pada praktikum percobaan Weber ini kedua testee diperintahkan untuk mendengarkan garpu tala yang di pukulkan asisten. Kedua testee diberi pelakuan tiga kali yang pertama dengan telinga terbuka testee mengalami telinga berdengung tetapi lebih cenderung berdengungnya pada sebelah kanan. Lalu yang kedua kondisi telinga kanan terbuka, telinga kedua testee mengalami berdengung pada telinga sebelah kiri sedangkan sebelah kanan biasa saja. Yang ketiga dengan kondisi telinga kiri terbuka, testee mengalami bedengung pada telinga sebelah kanan sedangkan sebelah kiri biasa saja. Pada pelakuan tersebut maka subyek dapat diartikan normal karena kedua telinga sama-sama mendengar berarti tak ada laterisasi.




PRAKTIKUM V
INDERA PERABA (ORGANANN TACTUS)
A.    Dasar teori
Sensasi somatosensori merupakan sensasi-sensasi yang terjadi dari badan. Sensasi somatosensori yang diketahui pada umumnya hanya sensasi perabaan saja dengan media kulit. Padahal sebenarnya sistem somatosensori terdiri dari tiga sistem yang terpisah yang saling berinteraksi dengan media yang berbeda. Tiga sistem tersebut (Pinel,2009) adalah sebagai berikut:
1.      Sistem eksteroreseptif dengan indra kulit sebagai medianya dalam menerima stimuli dari lingkungan eksternal.
2.      Sistem proprioseptif, memonitor informasi tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, dan organ keseimbangan.
3.      Sistem interoseptif, stimulusnya berupa informasi umum tentang kondisi dalam tubuh seperti temperatur dan tekanan darah.
Sistem eksteroreseptif sendiri memiliki tiga bagian dalam mempersepsi stimuli, yaitu :
1.      Bagian yang mempersepsi stimuli mekanik (perabaan)
2.      Bagian yang mempersepsi stimuli thermal (temperatur)
3.      Bagian yang mempersepsi stimuli nosiseptif (rasa sakit)
Kulit sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1.      Eperdermis yaitu terletak dibagian terluar.
2.      Dermis ada kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikol rambut dan akar rambut yang terletak di kelenjar sebaseus.
3.      Subcutaneous ada pembuluh darah, saraf cutaneous dan jarringan otot.
Kulit berfungsi sebagai:
1.      Mekanoreseptor, berkaitan dengan indra peraba, tekanan, getaran dan kinestesi.
2.      Thermoreseptor berkaitan dengan pengindraan yang mendeteksi panas dan dingin.
3.      Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi kulit.
4.      Khemoreseptor, mendeteksi rasa asam, basa, dan garam.
Resptor pada kulit adalah sebagai berikut:
1.      Epidermis untuk mendeteksi sentuhan
Epidermis terbagi menjadi dua:
·         Merkel’s disc, yaitu sentuhan oleh orang yang tidak dikenal.
·         Meisners corpuscle, yaitu sentuhan orang yang dikenal.
2.      Dermis, terdapat 3 reseptor:
·         Reseptor ruffini’s yaitu reseptor panas
·         Reseptor end Krause, yaitu resptor untuk mendeteksi dingin.
·         Reseptor paccini’s corpuscle, untuk mendeteksi tekanan, bias berupa pijat.
3.      Free Never Ending.
Untuk mendeteksi rasa sakit. Jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan reseptor lainnya. Karna tersebar diseluruh permukaan kulit.
Resptor kulit dan hantaran impuls terdapat di saraf perifer. Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
B.     Tahap-Tahap percobaan
1.      Topik                           : Indera peraba
2.      Nama praktikum          : Pemeriksaan indera peraba
3.      Tujuan                         : Untuk mengetahui kepekaan seseorang untuk mendapatkan rangsang raba
4.      Alat                             : Penutup mata , bulu ayam ( bulu kemoceng) , raiter.
Media                          : Telapak tangan, punggung telapak tangan , lengan dalam , punggung lengan , siku dalam , siku luar
5.      Jalannya percobaan     :
·         Testee diperintahkan berdiri di depan dalam keadaan kedua mata ditutup.
·         Testee diperintahkan merasakan dengan indera peraba yang disentuh dan menjawab hasil dari sentuhan dari alat raiter & bulu ayam (kemoceng).



6.      Hasil percobaan           :

Testee
Media
Telapak tangan
Punggung telapak tangan
Lengan dalam
Punggung lengan
Siku dalam
Siku luar
Audina
Bulu Ayam
Halus, geli
Geli, halus, lebih halus telapak tangan
Lebih geli, halus
Tidak terlalu geli, lebih geli lengan dalam
Tidak geli
Tidak geli
Ulin
Bulu Ayam
Geli
Halus, lebih geli
Lebih geli, halus
Tidak terlalu geli, lebih geli lengan dalam
Tidak terlalu geli, lebih geli lengan dalam
Tidak geli
Audina
Raiter
Geli, kasar
Tidak geli, kasar
Tidak tajam, kasar, tidak geli
Tidak geli, kasar
Kasar, tidak geli, sakit
Kasar
tidak geli
Ulin
Raiter
Geli, kasar, benda tajam
Geli, kasar
Geli, kasar
Lebih geli, lebih kasar
Kasar, tidak geli
Kasar
tidak sakit
benda tajam

C.    Kesimpulan
Pada praktikum ini kedua testee diberikan sebanyak 6 pelakuan dengan media bulu ayam (kemoceng) dan raiter dalam mata tertutup. Pada media bulu ayam (kemoceng)kedua testee mengalami persepsi tekanan (bentuk, kelembutan, tekstur, getaran) yang berbeda-beda, pada media bulu ayam kedua testee mengalami rasa geli. Rasa geli ini diakibatkan gerakan-gerakan bulu ayam yang di gerakan asisten dengan lembut pada kulit tangan akan membangkitkan sensor-sensor peraba yang lebut dan tipis, tepat di bawah kulit (epidermis). Kedua testee mengalami geli yang berlebih pada pelakuan telapak tangan dalam karena rasa geli gampang terjadi di bagian kulit yang tipis seperti telapak tangan dalam, telapak kaki. Lalu media kedua adalah raiter, testee merasakan kasar ini dikarenakan pada bagian ujung saraf peraba dapat merasakan kasar dan halusnya sesuatu.Teste mempersepsi barang tersebut benda tajam atau disebut stimulus mekanik.




PRAKTIKUM VI
INDERA PEMBAU (ORGANAN OLFACTUS)

A.    Dasar Teori
Pada sistem olfaction (penciuman) disebut sebagai sensasi kimiawi karena berfungsi untuk memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan di luar tubuh. Sistem olfactory merespon substansi kimiawi yang ada di luar lingkungan dengan cara menghirup napas melalui reseptor-reseptor nasal. Reseptor penerima bau terdiri dari jutaan reseptor yang terletak di hidung bagian atas dalam jaringan tertutup selaput lendir yang tidak dilalui udara yang disebut olfactory mucosa. Daerah yang sensitif terhadap bau terletak pada bagian atap rongga hidung. Pada daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel sebagai berikut (Hau, 2003: 109) :
1.      Sel penyokong berupa epitel-epitel.
2.      Sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel saraf.
Selaput lendir berfungsi untuk melembapkan udara. Sistem olfactory terdiri dari dendrit-dendrit yang terletak di saluran-saluran pernafasan dan akson-aksonnya melalui suatu bagian di tulang tengkorak (cribriform plate) yang kemudian masuk ke olfactory bulbs lalu bersinapsis dengan neuron-neuron lainnya yang akan diproyeksikan melewati traktus olfactory menuju otak.
Setiap saluran olfactory akan berproyeksi ke beberapa struktur lobus temporal medial termasuk amigdala dan korteks piriform (dekat dengan amigdala). Sistem olfactory adalah satu-satunya  sistem sensori yang jalur utama ke otak tidak harus melalui talamus. Dalam sistem olfactory terdapat dua jalur menuju otak, yaitu:
1.      Dari daerah piriform-amigdala berproyeksi menyebar ke sistem limbik.
2.      Dari daerah piriform-amigdala berproyeksi melalui nuklei dorsal medial thalamus ke korteks orbitofrontal (daerah korteks di permukaan inferior lobus frontal di sebelah orbits atau lekuk mata).
B.      Tahap-Tahap Percobaan
1.      Topik                           : Indera Pembau
2.      Nama Praktikum         : Percobaan Indera Pembau
3.      Tujuan                         : untuk mengetahui kepekaan dan Kerjasama indera pembau seseorang dengan membedakan stimulus bau yang berbeda-beda.
4.      Bahan                          : Bawang merah, Terasi, & Parfum.
5.      Jalannya percobaan     :
·         Testee diperintahkan berdiri di depan dengan keadaan mata ditutup.
·         Testee diperintahkan untuk mencium bau dan menebak bau yang sudah di berikan.
·         Asisten praktikum memberikan media menggunakan bawang merah.
·         Asisten praktikum memberikan media menggunakan terasi.
·         Asisten praktikum memberikan media parfum.
6.      Hasil Percobaan
Testee
Media
Bawang Merah
Terasi
Parfum
Vicky
Sengir
Udang busuk (terasi),
Wangi seperti parfum
Isabella
Asem, pedes seperti cabe
Bau menyengat trasi
Wangi seperti frambos

C.    Kesimpulan
Pada praktikum ini testee diberikan tiga media untuk dihirup bau masing-masing. Setiap testee mempersepsi media tersebut berbeda-beda. Pada media bawang merah kedua testee tidak mengenali media apa yang digunakan. Lalu media kedua terasi, testee langsung mengenali media terasi karena bau terasi tajam sehingga kedua testee segera mengenali bau tersebut adalah terasi. Yang terakhir adalah media parfum, testee segera mengenali bau tajam dari wangi media tersebut dan testee pun menyebutkan bahwa media tersebut adalah parfum. Pada concha nasal superior hanya mencerna rangsangan benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas, karena pada wanita ruang dalam menerima gas lebih besar maka semakin tajam wanginya semakin mudah dikenal, semakin lembut wanginya semakin sulit dikenal.




PRAKTIKUM VII
INDERA PENGECAP (ORGANUS GUSTUS)
A.    Dasar Teori
Sistem pengecap berhubungan dengan makanan. Molekul-molekul yang ada dalam makanan yang dimakan akan bercampur dengan air liur di mulut sehingga makanan menjadi lebih lunak dan akan mudah dirasakan oleh reseptor pengecap. Reseptor sistem gustatory atau perasa berada di atas lidah dan bagian-bagian rongga mulut yang pada umumnya berkumpul dalam bentuk klaster. Reseptor perasa disebut taste buds yang umumnya terletak di sekitar kuncup pengecap yang disebut papillae. Resptor dalam sistem gustatory tidak memiliki akson-akson sendiri, setiap neuron akan membawa impuls dari sebuah taste buds yang menerima input dari banyak reseptor.
Sistem Gustatory adala indra pengecap yang terdapat pada lidah dan memiliki 5 reseptor pengecap utama, yaitu :
1.      Manis (Sweet), pada puncak atau depan lidah, sensor pengecap paling tidak peka.
2.      Asin (Salty), pada tepi lidah belakang.
3.      Asam (Sour), pada tepi lidah depan.
4.      Pahit (Bitter), pada pangkal atau ujung lidah. Sensor ini paling peka dibandingkan yang lainnya sebagai sistem peringatan tubuh.
5.      Umami, untuk merasakan rasa gurih, seperti makanan yang mengandung MSG.
Mekanisme sistem gustatory dimulai dari stimulus masuk ke mulut – bercampur air liur – diterima oleh gustatory – dilanjutkan neuron-neoron ke bagian saraf kranial wajah – saraf glassofaringeal – saraf vagus – serabut akan berkumpul di solitary nucleus dari mandulla – bersinapsis dengan neuron lainnya dan berproyeksi ke nukleus posterior ventral thalamus – berproyeksi ke korteks gustatory primer di daerah wajah homunculus somatosensori di bibir superior fissura lateral – korteks gustatory sekunder berada di dalam fissura lateral. Proyeksi pada sistem gustatori adalah ipsilateral (searah). Daerah otak yang mengorganisasikan rasa berada di kelompok-kelompok tertentu sesuai pengkodeannya.Kemampuan mengecap seseorang bergantung pada hal-hal berikut:
1.      Faktor individual, contohnya seseorang yang sedang sakit, maka kepekaan mengecapnya jadi berkurang.
2.      Nilai ambang, nilai ambang bergantung pada kebiasaan seseorang.
3.       Konsentrasi.
B.      Tahap-Tahap Percobaan
1.      Topik                           : Indera Pengecap
2.      Nama Praktikum         : Percobaan Indera Pengecap
3.      Tujuan                         : Untuk mengetahui kepekaan dan kerjasama indera pengecap seseorang dengan membedakan stimulus rasa yang berbeda-beda.
4.      Bahan                          : Jeruk nipis, Kopi hitam, Gula jawa
5.      Jalannya percobaan     :
·         Testee diperintahkan berdiri di depan dalam keadaan mata ditutup.
·         Testee diperintahkan untuk merasakan/mengecap dan menebak media/bahan apa yang diberikan.
·         Ketua praktikum memberikan media menggunakan jeruk nipis.
·         Ketua praktikum memberikan media menggunakan kopi hitam.
·         Ketua praktikum memberikan media menggunakan gula jawa.
6.      Hasil Percobaan          :
Testee
Media
Jeruk nipis
Kopi hitam
Gula jawa
Fafa
Asem seperti jeruk nipis
Pahit seperti kopi
Manis seperti gula jawa
Vida
Kecut seperti Jeruk nipis
Pahit banget seperti kopi
Manis seperti gula jawa

C.    Simpulan
Pada praktikum ini testee di berikan 3 media untuk di rasakannya, yang pertama adalah jeruk nipis, kedua testee merasakan rasa asam, rasa asam ini dirasakan pada bagian tepi lidah depan testee, testee segera mengenali media tersebut adalah jeruk nipis. Yang kedua kopi hitam, testee merasakan rasa pahit, rasa pahit dirasakan pada bagian pangkal atau ujung lidah yang merupakan sensor paling peka. Testeepun langsung mengenali media kedua adalah kopi hitam. Yang ketiga media gula jawa, testee merasakan rasa manis, rasa manis ini dirasakan pada bagian puncak atau depan lidah, testee pun mengenali media tersebut adalah gula jawa.












DAFTAR PUSTAKA
Walgito Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Sarwono Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Hapsari Iriani Indri, Puspitawati Ira, Suryaratri Ratna Dyah. 2012. Psikologi Faal. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ariebowo, M. & Fictor Ferdinand P. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Grafindo.
Ginsberg, L. 2008. Lecture notes: Neurologi. Jakarta : Erlangga.
Sulistya. 2011. Weber Rinne dan Schwabach Test. http://nerssulistya.blogspot.co.id/2011/04/weber-rinne-dan-schwabach-test.html. Diakses tanggal 11 November 2016.
Miftachur Rohmah. 2014. Apparatus Psikologi. http://www.academia.edu/9463621/apparatus psikologi. Diakses tanggal 12 November 2016.














LAMPIRAN

0 komentar:

Posting Komentar