|
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada saya. Sehingga saya mampu
menyelesaikan laporan eksperimen dengan judul “Laporan
Praktikum Psikologi Faal“
. Laporan ini saya buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata
kuliah PsikologiFaal.
Penyusunan laporan ini tidak berniat untuk mengubah materi
yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau
membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi
bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 8 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ 1
Kata pengantar ............................................................................................ 2
Daftar isi ............................................................................................ 3
Praktikum I
Muller-Lyer .............................................................................. 5
A. Dasar Teori .......................................................................................... 5
B.
Tahap-tahap Percobaan ....................................................................... 7
C.
Kesimpulan .......................................................................................... 7
D.
Daftar Pertanyaan ............................................................................... 8
Praktikum II
Tremor ................................................................................... 11
A. Dasar Teori ........................................................................................ 11
B. Tahap-tahap
Percobaan ..................................................................... 11
C. Kesimpulan ........................................................................................ 12
D. Daftar Pertanyaan
............................................................................. 12
Praktikum
III Indra Penglihatan ( Organ Visus) ........................................ 15
A.
Dasar Teori ........................................................................................ 15
B.
Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 16
C.
Kesimpulan ........................................................................................ 16
Praktikum IV
Indra Pendengaran (Organan Auditus) ............................... 17
A.
Dasar Teori ........................................................................................ 17
B.
Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 18
C.
Kesimpulan ........................................................................................ 19
Praktikum V Indera
Peraba (Organ Tactus) ............................................... 20
A.
Dasar Teori ........................................................................................ 20
B.
Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 22
C.
Kesimpulan ........................................................................................ 23
Praktikum VI
Indera Pembau (Organ Olfactus) ........................................ 25
A.
Dasar Teori ........................................................................................ 25
B.
Tahap-tahap Percobaan ..................................................................... 25
C.
Kesimpulan ........................................................................................ 26
Praktikum
VII Indera Pengecap ( Organan Gustus) .................................. 27
A.
Dasar Teori ..................................................................................... 27
B.
Tahap-tahap Percobaan .................................................................. 28
C.
Kesimpulan ..................................................................................... 28
Daftar Pustaka .......................................................................................... 30
Lampiran .......................................................................................... 31
PETUNJUK PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG
PRAKTIKUM I
Muller
– Lyer
A.
Dasar Teori
Proses persepsi tidak lepas dari system sensori karena
proses persepsi didahului oleh system sensori (pengindraan). Pengertian
persepsi dalah proses mengintegrasikan, mengenali, dan menginterpretasikan
informasi yang diterima oleh system sensori, sehingga menyadaro dan mengetahui
apa yang di indra sebagai bentuk respon dari individu (Walgito, 2003 &
Pinel, 2009).
Menurut Walgito (2004: 131) menjelaskan bahwa ilusi
yaitu kesalahan individu dalam memberikan persepsi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Orang seringkali mempersepsi
suatu kejadian atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Dalam mempersepsi
tersebut seringkali terjadi kesalahan, karena dalam mengartikan suatu stimulus ini melibatkan perasaan dan pemikiran.
Kesalahan dalam mempersepsi stimulus ini wajar terjadi pada individu.
Ilusi
Muller-Lyer pertama kali dipopulerkan oleh psikiatris Franz Carl Muller-Lyer
pada akhir abad 1800 (Kasdin, 2000).Garis mana yang lebih panjang? Meskipun
penglihatan kita mengatakan bahwa garis kiri yang lebih panjang, perhitungan
menggunakan mistar menunjukkan bahwa kedua garis tersebut sama
panjang.Keberadaan panah pada setiap ujung garislah yang mempengaruhi kesalahan
persepsi panjang tersebut. Panah masuk seolah-olah memendekkan garis dan panah keluar
memanjangkan garis, Muller-Lyer menciptakan istilah “confluxion” untuk ilusi ini (sumber: American Psychology
Association).
Sedangkan
menurut Rochester Institute of Technology (dalam www.rit.edu), ilusi ini dapat
dijelaskan menggunakan 5 teori, yaitu perspektif kedalaman, pergerakan mata,
keterbatasan ketajaman mata, teori rata-rata, dan intertip disparity theory. Menurut teori perspektif kedalaman:
dalam dunia tiga dimensi, perspektif kedalaman berhubungan dengan penentuan
jarak, semakin dekat objek dengan mata maka semakin besar objek tersebut di
retina. Sehingga, dalam dunia dua dimensi pada ilusi Muller-Lyer, otak membuat
asumsi kedalaman relatif berdasarkan isyarat-isyarat yang ada (dalam hal ini
tanda panah). Kita terbiasa melihat sisi gedung dari luar yang nampak seperti
gambar A bagian kiri dan sisi gedung dari dalam sebagaimana gambar A bagian
kanan. Sisi gedung luar nampak lebih jauh dari sisi gedung yang dilihat dari
dalam. Dalam ilusi Muller-Lyer, retina akan menangkap bahwa kedua garis memiliki
tinggi yang sama, namun otak (menggunakan perspektif kedalaman) biasanya akan
menang dengan mengatakan bahwa sisi yang memiliki panah keluar berarti lebih
panjang.
Teori
pergerakan mata: sebagaimana dalam gambar B, garis sebelah kanan diartikan
lebih pendek karena panjang garis di ujung akan dikembalikan oleh pangkal
(akibat panah). Dengan kata lain, ketika mata kita melihat mengikuti garis,
akan dikembalikan ketika mengikuti panah, pengembalian inilah yang memengaruhi
persepsi kita menjadikan garis lebih pendek. Sebaliknya, ketika bertemu dengan
panah keluar mata akan memersepsikannya lebih panjang.
Teori
keterbatasan ketajaman mata: ketajaman penglihatan merupakan kemampuan kita
untuk mengenali detil visual. Kita memiliki ketajaman yang baik pada pusat yang
tetap, namun pada area luar (pada gambar), penglihatan kita mengabur. Pada
pandangan yang kabur, garis yang bersebelahan akan nampak mendekat. Berdasarkan
hal ini, pada Muller-Lyer, dua garis yang membentuk panah akan nampak mengabur
dan berpindah dari pusat panah yang sebenarnya. Hasilnya adalah garis dengan
panah ke dalam nampak lebih pendekdan garis dengan panah keluar akan nampak
lebih panjang.
Teori
rata-rata: jarak pasangan panah (atas dan bawah) mempengaruhi kemampuan
perhitungan panjang kita. Dikatakan bahwa penilaian Muller-Lyer berdasarkan
jarak antar panah di kedua ujung. Jarak rata-rata antarpanah ke dalam lebih
sedikit ketimbang antarpanah yang keluar. Rasio panjang panah juga akan
mempengaruhi kekuatan dari ilusi. Untuk membuktikan hal ini, dapat kita
bandingkan antara garis yang diakhiri oleh panah dengan arah yang sama dengan
garis yang diakhiri oleh panah dengan arah yang berbeda.
Intertip disparity theory
menyatakan bahwa secara perseptif manusia akan mengukur ilusi dari ujung panah.
Maka dari itu, ilusi maksimal akan tercipta ketika kedua panah di ujung
mencapai jarak 0 (berhimpitan) dan berkurang saat bertambahnya jarak antarpanah
(antarujung). KegunaaanUntuk
mengukur keakuratan persepsi mengenai panjang serta membuktikan adanya ilusi
mata.
B.
Tahap – Tahap Percobaan
1. Topik :
Persepsi
2. Nama Praktikum :
Percobaan Muller-Lyer
3. Tujuan :
Untuk mengetahui adanya ilusi dalam penglihatan seseorang, untuk mengetahui
hubungan antara fungsi fisiologis dengan persepsi seseorang.
4. Alat & bahan :
Alat Muller-Lyer, penutup mata, dan alat tulis
5. Jalannya percobaan :
·
Testee
menghadap alat praktikum dengan jarak sekitar 1 meter.
·
Dengan
mata terbuka keduanya, testee diperintahkan untuk membuat panjang garis dengan
tanda panah keluar dengan panjang garis dengan tanda panah masuk menjadi sama
dengan cara merubah salah satu tanda panah.
·
Lakukan
lagi dengan mata kiri tertutup.
·
Lakukan
lagi dengan mata kanan tertutup.
6. Hasil percobaan :
No
|
Subyek
|
Kedua Mata Terbuka
|
Mata Kanan Tertutup
|
Mata Kiri Tertutup
|
Keterangan
|
1
|
Riki Antoni
|
19,5 cm
|
19 cm
|
17,5 cm
|
Gugup,
Ragu-ragu
|
2
|
Muhammad F.A.
|
18,7 cm
|
20,6 cm
|
20 cm
|
Percaya diri
|
C.
Kesimpulan
Praktikum Muller Lyer yang
dilakukan kedua subyek ini dapat disimpulkan bahwa setiap subyek memiliki ilusi dan persepsi yang berbeda-beda
terhadap stimulus yang dilihat. Hasilnya
sangat berbeda ketika subjek menginterpretasikan stimulus yang dilihat. Alat indera atau reseptor berfungsi sebagai alat untuk
menerima stimulus, kemudian syaraf untuk melanjutkan stimulus yang diterima oleh
alat indera untuk diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) untuk diproses dan
akhirnya direspon melalui syaraf motorik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk menginterpretasikan stimulus yang datang dari luar
sehingga diperolehnya persepsi.
D.
Daftar Pertanyaan
1. Apa yang saudara ketahui tentang ilusi Muller Lyer ?
Jawab : Alat ilustrasi Muller-Lyer biasanya digunakan untuk eksperimen
yang berhubungan dengan illusi atau ketepatan persepsi. Illusi Muller-Lyer
merupakan sebuah ilusi optik yang terjadi saat seseorang salah mempersepsi
panjang salah satu ruas garis dari dua garis dengan anak panah yang beragam
arah, dimana salah satu garis dibatasi oleh anak panah yang mengarah ke dalam
dan garis yang lain dibatasi oleh anak panah yang mengarah keluar, satu
diantara dua garis tersebut dapat bergerak ke dalam dan keluar.
2. Apa yang saudara ketahui tentang persepsi, ilusi, dan
hubungan antara persepsi dan ilusi?Jawab :
·
Persepsi
adalah proses dari diterimanya stimulus oleh alat indra yang kemudian
disalurkan ke syaraf-syaraf sensori lalu dikirimkan ke otak untuk diproses dan
akhirnya stimulus bisa diinterpretasikan.
·
Illusi
merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau penilaian
terhadap stimulus yang diterimanya. Contohnya pepohonan atau tetumbuhan di tepi
jalan seperti bergerak menjauh.
·
Hubungan
antara persepsi dan ilusi
Proses dari diterimanya stimulus oleh alat indera yang kemudian
disalurkan ke syaraf-syaraf sensori lalu dikirimkan ke otak untuk diproses dan
akhirnya stimulus bisa diinterpretasikan, sedangkan ilusi adalah kesalahan
individu dalam memberi persepsi terhadap stimulus yang diterima. Seseorang seringkali
mempersepsi suatu keadaan dan kejadian yang terjadi di sekitarnya, dalam
mempersepsi terkadang mengalami kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu, karena
dalam mengartikan suatu stimulus ini melibatkan perasaan dan pemikiran.
3. Bagaimana proses fisiologis yang terjadi dalam
persepsi seseorang?
Jawab :Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman
atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera di teruskan oleh
syaraf sensori ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat
kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar,
atau apa yang diraba.
4. Mengapa seseorang mengalami ilusi ?
a. Secara Fisiologis
Ilusi fisiologis, seperti yang terjadi pada
afterimages atau kesan gambar yang terjadi
setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu
dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara
berlebihan
b. Secara psikologi
Individu mengalami ilusi biasanya
disebabkan oleh adanya ketakutan, kecemasan, dan keinginan atau pengharapan
terhadap sesuatu maka terjadi adanya ilusi secara psikologis bahkan diperlukan
bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan
menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan.
5. Dalam percobaan Muller Lyer, apa saja yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan? Jawab :
1)
Kognitif
( akal atau pikiran)
2)
Perasaan
3)
Tingkat
kosentrasi
4)
Kefokusan
5)
Kondisi
mata
6. Menurut saudara, apakah hasil percobaan Muller Lyer
dapat membuktikan adanya ilusi? Jelaskan !
Jawab : Ya, karena disaat testee membuat panjang garis dengan tanda
panah keluar dengan panjang garis dengan tanda panah masuk menjadi sama, testee mengalami kesalahan dalam
memperkirakan dan menyamakan antara panjang garis tetap dan garis yang dapat
digerakkan. Dikarenakan kesalahan dalam mempersepsi stimulus yang datang berupa
arah anak panah pada garis ujung yang berlawanan sehingga terlihat lebih
panjang.
7.
Apa
yang saudara ketahui tentang persepsi jarak?
Jawab
:Persepsi jarak merupakan kemampuan individu untuk
melihat dunia dalam tiga dimensi dan untuk mempersepsi jarak. Karena saat kita
melihat jarak dengan kedua mata kita, maka akan terjadi perbedaan gambar yang
ditangkap oleh retina kemudian otak mengintegrasikan dua gambaran ke dalam satu
gambar gabungan.
PRAKTIKUM II
TREMOR
A. Dasar
Teori
Tremor adalah suatu
gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot
berkontraksi dan berelaksasi secara berulang-ulang. Tremor merupakan gangguan
gerakan yang paling sering ditemui. Pada pemeriksaan, yang perlu diperhatikan adalah
gerakan dari tremor itu dan ada tidaknya gejala neurologis lain. Penting juga
mendapatkan informasi keterlibataan obat ataupun alkohol yang dapat
mempengaruhi gerakan. Dalam menangani tremor, cukup banyak yang dapat dilakukan
dokter tetapi semua itu tergantung dari penyebab tremor itu sendiri.
Emosi adalah keadaan yang timbul oleh situasi tertentu
(khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitanya denan perilaku yang
mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku
tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain
dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Dengan demikian emosi
diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar ( benda, manusia,
situasi, cuaca), maupun dari dalam diri kita (tekanan darah, kadar gula, lapar,
ngantuk, dan lain-lain), pada indra-indra kita. Selanjutnya, kita menafsirkan
persepsi kita atas rangsangan itu sebagai suatu hal yang positif (menyenangkan,
menarik) atau negatif (menakutkan, menegangkan) yang selanjutnya kita
terjemahkan dalam respon-respon fisiologis dan motoric dan saat itulah terjadi
emosi.
B. Tahap-Tahap
Percobaan
1.
Topik : Gerakan
2. Nama Praktikum :
Percobaan Mendeteksi Tremor
3. Tujuan :
Untuk mengetahui adanya gerakan tremor pada seseorang, untuk mengetahui apakah
gerakan dipengaruhi oleh emosi.
4. Alat & bahan :
Alat pendeteksi Tremor, Stopwatch dan Alat tulis.
5. Jalannya percobaan :
·
Testee
dalam keadaan santai diperintahkan untuk mengikuti gelombang pada alat dengan
menggunakan tongkat pada alat tes tersebut.
·
Hitung
waktu yang dicapai dan kesalahan yang dibuat.
·
Testee
diperintahkan untuk melakukan hal yang sama dengan emosi yang sudah
terbangkitkan (bisa dengan memberikan batas waktu dan dalam pelaksanaan tugas
diberi stimulus sehingga cemas atau panik).
·
Hitung
waktu yang dicapai dan keselahan yang dibuat.
6.
Hasil
percobaan :
No
|
Subyek
|
Perlakuan I
|
Perlakuan II
|
Keterangan
|
||
Waktu
|
Kesalahan
|
Waktu
|
Kesalahan
|
|||
1
|
Fajar
|
1:16
|
26
|
28 detik
|
12
|
Gugup, tegang, gerogi
|
2
|
Vida
|
1:58
|
10
|
32 detik
|
23
|
Teliti, sabar, gugup, tegang, terburu-buru
|
C. Kesimpulan
Kedua testee sebelum praktikum terlihat
tenang dan santai. Setelah beberapa waktu dalam mengerjakan praktikum kedua
testee terlihat gugup, tegang dan testee mengalami terburu-buru dalam
menggerakan tongkat tersebut, tangan testee terlihat gemetar (tremor)akibatnya
testee mengalami banyak kesalahan akibat kecemasan emosi masing-masing.Tremor
ini diperparah pada saat pelakuan kedua dengan membatasi waktu 1 menit, kedua
testee mengalami stres dan kelelahan dalam menggerakan tongkat tes sehingga
testee mengalami banyak kesalahan daripada pelakuan pertama. Tremor yang
terjadi merupakan tremor esensial biasanya bersifat ringan dan tidak memiliki
penyebab yang pasti. Keadaan ini bisa di perberat oleh stress emosional,
kecemasan, kelelahan, kafein atau obat-obatan.
D. Daftar
Pertanyaan
1. Apa
yang saudara ketahui tentang Tremor?
Jawab :Tremor adalah gerakan
yang tidak terkontrol dan tidak terkendali pada satu atau lebih bagian tubuh.
Tremor biasanya terjadi karena bagian otak yang mengontrol otot mengalami
masalah.Tremor menyebabkan gemetar pada tubuh, bagian yang paling sering
terkena adalah tangan.
2. Apa
saja yang dapat mempengaruhi terjadinya tremor? Jawab :
·
Penyalahgunaan
alcohol
·
Komsumsi
kafein berlebih
·
Keracunan
merkuri
·
Gangguan
kecemasan
·
Kelelahan
fisik
·
Kelelahan
·
Ketakutan
·
Emosi
·
Kesadaran
3. Bagaimana
proses fisiologis yang terjadi pada tremor?
1. Jawab : termor terjadi pada kelompok otot saat
kontraksi dalam keadaan sadar dan dalam fase tidur pada tingkat tertentu.
Gerakan yang terjadi di dalam berbagai kelompok otot dalam hitungan menit
karena berusaha mempertahankan keseimbangan. Jika fungsi ganglia basalis atau
serebelum terganggu, maka pengendalian utama gerakan tidak lagi dapat
memberikan kontribusi menyeluruh terhadap kerja keseimbangan yang rumit, dan
gerakan yang terjadi itu dapat mengayun menjadi lebih jelas dan terlihat.
4. Bagaimana
hubungan antara emosi dengan tremor?
Jawab :Perasaan emosi yang
berlebih dapat menimbulkan tremor karena seseorang yang sedang ketakutan atau
gugup juga bisa mengakibatkan gemetar. Tremor akan hilang dengan sendirinya
jika emosi sudah tenang.
5. Coba
jelaskan akibat kedua perlakuan yang berbeda pada tingkat tremor seseorang
(dengan suara – tanpa suara / dibatasi waktu – tidak dibatasi waktu) Jawab : Sebelumnya testee dalam keadaan santai, lalu testee
mulai melakukan tes dengan perlahan-lahan dan penuh keteletian menggerakan
tongkat pada alat tes tersebut. Tetapi beberapa waktu kemudian testee mengalami
gugup, tegang dan gerogi dalam melakukan tes. Dengan menunjukan tangan gemetar
(tremor) testee melakukan banyak kesalahan. Tremor diperparah pada
saat pelakuan dibatasi waktu karena testee mengalami stress dan rasa lelah yang
mengakibatkan testee mengalami banyak kesalahan daripada pelakuan pertama. Testee termasuk mengalamitremor
esensial biasanya bersifat ringan dan tidak memiliki penyebab yang pasti. Tremor esensial biasanya disebabkan oleh stress
emosional, kecemasan, kelelahan, kafein atau obat-obatan.
PRAKTIKUM
III
INDERA PENGLIHATAN (ORGAN VISUS)
A.
Dasar Teori
Stimulus
pada system visual adalah cahaya.Untuk melihat, maka diperlukan adanya cahaya,
mata, dan otak. Proses penglihatan dimulai dari adanya cahaya yang menengenai
benda masuk ke mata lalu diterima bagian belakang mata yang disebut retina.
Retina memiliki lebih dari 131 juta sensor. Sensor ini akan mengirimkan pesan
dari gambar benda tersebut ke otak melalui sel saraf penglihatan. Otak akan
menerjemahkan pesan tersebut dan akan memberi tahu gambar yang dilihat oleh
mata.
Persepsi adalah
proses untuk memilih, memilah, dan mengartikan informasi yang diperoleh melalui
indra (Susatyo, 2014). Menurut Anderson (1995) dalam Aulia (2010), persepsi
kedalaman adalah persepsi yang muncul berdasarkan informasi mengenai kedalaman
atas suatu objek.
Dalam Aulia
(2010) disebutkan bahwa manusia memiliki kemampuan dan ketelitian yang luar
biasa dalam membuat beberapa penilaian. Salah satu aspek yang menarik dari
persepsi visual adalah kemampuan untuk memersepsi kedalaman. Retina menerima
informasi hanya dalam dua dimensi, panjang dan lebar. Namun, otak mentranslasi
isyarat-isyarat tersebut menjadi tiga dimensi dengan menggunakan monocular
depth cues (menggunakan satu mata) dan binocular depth cues (menggunakan dua
mata).
Monocular cues
hanya mendapatkan gambaran 2D karena menggunakan satu mata, maka yang didapat
adalah: occlusion, isyarat relatif,
bayangan, ukuran relatif, familiar size,
perspektif atmosferik, perspektif linier dan kualitas permukaan, serta movement produced cues (dalam website
University of California-Irvine).
Binocular
cues tergantung dari gambaran di kedua mata, jarak antar mata kita sekitar 6 cm
sehingga kita mendapatkan sudut pandang yang berbeda namun juga saling
mendukung. Perbedaan tersebut dinamakan binocular disparity, yang diubah
menjadi informasi kedalaman. Informasi yang terkandung di dalamnya dinamakan
stereopsis.
B. Tahap
– Tahap percobaan
1. Topik : Indera Penglihatan
2. Nama
Praktikum : Percobaan Howard
Dollman
3. Tujuan :Untuk mengetahui
adanya persepsi seseorang terutama mengenai persepsi kedalaman.
4. Jalannya
percobaan :
·
Testee dalam keadaan santai diperintahkan untuk duduk di depan
dengan menghadap pada alat.
·
Dengan mata terbuka keduanya, testee
diperintahkan untuk menyamakan jarak sebuah tongkat dengan menggunakan tali.
·
Lalu
lakukan
dengan mata kanan tertutup
dilanjutkan mata kiri mata kiri tertutup tertutup.
5. Hasil
percobaan :
No.
|
Subjek
|
Kedua mata terbuka
|
Mata kanan tertutup
|
Mata kiri tertutup
|
Keterangan
|
1
|
Nadia
|
30,2 cm
|
32,5 cm
|
29,5 cm
|
Ragu
ragu
|
2
|
Oktavia
|
30,2 cm
|
33,1 cm
|
29,4 cm
|
Tenang, Ragu ragu
|
C. Kesimpulan
Pada saat
testee dengan mata terbuka, dengan mata kanan tertutup , dan mata kiri tertutup
menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda. Padahal saat testee melakukan
percobaan testee merasa batang satu dengan batang satunya sejajar.Akan tetapi
hasilnya batang-batang tersebut tidak sejajar, bahkan jarak dari ketiga
percobaan sangat berbeda ini dipengaruhi oleh adanya persepsi yang mempersepsi
benar dan tidaknya (Ilusi).Oleh karena itu setiap mata kanan dan mata kiri
menginterpretasikan secara berbeda terhadap stimulus yang datang.
PRAKTIKUM
IV
INDERA PENDENGARAN (ORGANAN AUDITUS)
A. Dasar
Teori
Proses yang terjadi dalam sistem pendengaran secara
umum, yaitu adanya benda-benda yang bergetar akan menggetarkan udara dan
menimbulkan gelombang. Gelombang udaralah yang akan masuk ke telinga kita lalu
menggetarkan gendang telinga dan bagian
lain di dalam telinga. Pesan yang dihasilkan oleh getaran organ dalam telinga
akan dikirimkan ke otak dan akan diterjemahkan menjadi suara. Dua prinsip dalam
organisasi korteks auditori primer adalah sebgai berikut :
1.
Korteks
auditori primer terorganisasi dalam kolom-kolom fungsional. Setiap daerah dalam
korteks auditori primer ataupun sekunder diorganisasikan berdasarkan
frekuensinya.
2. Sebagai besar sistem auditori , seperti kokhlea,
korteks auditori diorganisasikan secara tonotopik.
Bunyi dapat didengar manusia melalui
transmisi getaran bunyi. Transmisi getaran bunyi ada dua macam, yaitu:
1.
Transmisi Hawa (Aerotymponal), yaitu jalannya getaran melalui penghantar hawa. Jalannya impuls sebagai
berikut: sumber suara menggetarkan udara → daun telinga → meatus
acusticus externus → menggetarkan membrana thympani → osicula
auditiva → menggetarkan perilymphe → membrane basalis bergetar →
organon corti (reseptorpendengaran) bergetar → membrana tectoria →
menstimulasi ujung rambut neuroepithel → nervus cochlearis → otak
(lobus temporalis) → sadar akan bunyi.
2. Transmisi Tulang (Craniotymponal), yaitu jalan getaran
melalui penghantar tulang. Jalannya impuls sebagai berikut: getaran sumber
suara → menggetarkan tulang kepala → menggetarkan perilymphe pada
skala vestibule → skala tymphani → dan selanjutnyaseperti
penghantaran melalui udara atau hawa.
Smeltzer (2002), menyatakan bahwa
uji Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara.teori
Smeltzer (dalam Arifin Muttaqin : 2010), bahwa individu dengan pendengaran
normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa
suara terpusat di tengah kepala, maka kondisi pendengaran seseeorang dikatakan tidak
normal.
Smeltzer juga menyebutkan apabila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan mengalami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan apabila
ada kehilangan pendengaran konduktif, suara akan lebih jelas terdengar pada
sisi yang sakit. Maka diindikasikan testee mengalami tuli konduktif atau tuli
saraf.Uji
Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral (Arif Muttaqin,
2010 : 120).
B.
Tahap- Tahap percobaan
1. Topik :
Indera penglihatahn
2. Nama
praktikum : Percobaan Weber
3. Tujuan :
Melakukan pemeriksaan indera pendengaran
4. Alat
& bahan : Garpu tala A & B
5. Jalannya
percobaan :
·
Testee
diperintahkan duduk di kursi yang telah di sediakan.
·
Garpu
Tala A & B disiapkan untuk dipukulkan keduanya menggunakan bantuan orang
lain.
·
Kedua
telinga terbuka, testee diperintahkan untuk mendengarkan Garpu Tala A & B
dipukulkan di samping telinga, kemudian Garpu Tala A ditempelkan di atas kepala
tengah.
·
Lakukan
lagi dengan telinga kiri tertutup.
·
Lakukan
lagi dengan telinga kanan tertutup
6. Hasil
percobaan :
Testee
|
Kondisi telinga
|
||
Kedua telinga terbuka
|
Telinga kanan tertutup
|
Telinga kiri tertutup
|
|
Isabella
|
Berdengung tetapi lebih cenderung disebelah kanan
|
Kiri berdengung
Kanan biasa saja
|
Kanan berdengung
Kiri biasa saja
|
Shela
|
Berdengung tetapi lebih berdengung disebelah kanan
|
Kiri berdengung
Kanan biasa saja
|
Kanan berdengung
Kiri biasa saja
|
C. Kesimpulan
:
Pada praktikum
percobaan Weber ini kedua testee diperintahkan untuk mendengarkan garpu tala
yang di pukulkan asisten. Kedua testee diberi pelakuan tiga kali yang pertama
dengan telinga terbuka testee mengalami telinga berdengung tetapi lebih
cenderung berdengungnya pada sebelah kanan. Lalu yang kedua kondisi telinga
kanan terbuka, telinga kedua testee mengalami berdengung pada telinga sebelah
kiri sedangkan sebelah kanan biasa saja. Yang ketiga dengan kondisi telinga
kiri terbuka, testee mengalami bedengung pada telinga sebelah kanan sedangkan
sebelah kiri biasa saja. Pada pelakuan tersebut maka subyek dapat diartikan
normal karena kedua telinga sama-sama mendengar berarti tak ada laterisasi.
PRAKTIKUM
V
INDERA PERABA (ORGANANN TACTUS)
A.
Dasar teori
Sensasi somatosensori merupakan sensasi-sensasi yang
terjadi dari badan. Sensasi somatosensori yang diketahui pada umumnya hanya
sensasi perabaan saja dengan media kulit. Padahal sebenarnya sistem
somatosensori terdiri dari tiga sistem yang terpisah yang saling berinteraksi
dengan media yang berbeda. Tiga sistem tersebut (Pinel,2009) adalah sebagai
berikut:
1.
Sistem
eksteroreseptif dengan indra kulit sebagai medianya dalam menerima stimuli dari
lingkungan eksternal.
2.
Sistem
proprioseptif, memonitor informasi tentang posisi tubuh yang datang dari
reseptor-reseptor di otot, sendi, dan organ keseimbangan.
3. Sistem interoseptif, stimulusnya berupa informasi
umum tentang kondisi dalam tubuh seperti temperatur dan tekanan darah.
Sistem
eksteroreseptif sendiri memiliki tiga bagian dalam mempersepsi stimuli, yaitu :
1.
Bagian yang
mempersepsi stimuli mekanik (perabaan)
2.
Bagian yang
mempersepsi stimuli thermal (temperatur)
3. Bagian yang mempersepsi stimuli nosiseptif (rasa
sakit)
Kulit sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Eperdermis yaitu
terletak dibagian terluar.
2. Dermis ada
kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikol rambut dan akar
rambut yang terletak di kelenjar sebaseus.
3. Subcutaneous ada
pembuluh darah, saraf cutaneous dan jarringan otot.
Kulit
berfungsi sebagai:
1.
Mekanoreseptor, berkaitan dengan indra peraba,
tekanan, getaran dan kinestesi.
2.
Thermoreseptor berkaitan dengan pengindraan yang
mendeteksi panas dan dingin.
3.
Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme
protektif bagi kulit.
4.
Khemoreseptor, mendeteksi rasa asam, basa, dan
garam.
Resptor pada kulit adalah sebagai berikut:
1. Epidermis untuk
mendeteksi sentuhan
Epidermis terbagi
menjadi dua:
·
Merkel’s disc, yaitu sentuhan oleh orang yang
tidak dikenal.
·
Meisners corpuscle, yaitu sentuhan orang yang dikenal.
2. Dermis,
terdapat 3 reseptor:
·
Reseptor ruffini’s yaitu reseptor panas
·
Reseptor end Krause, yaitu resptor untuk mendeteksi
dingin.
·
Reseptor paccini’s corpuscle, untuk
mendeteksi tekanan, bias berupa pijat.
3. Free Never
Ending.
Untuk
mendeteksi rasa sakit. Jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan reseptor
lainnya. Karna tersebar diseluruh permukaan kulit.
Resptor kulit dan hantaran impuls terdapat di saraf perifer. Stratum
germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar
keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang
membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut
saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada
waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak.
Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan
untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Sehubungan
dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor
khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis.
Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis.
Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat
epidermis.
B.
Tahap-Tahap percobaan
1. Topik : Indera peraba
2. Nama
praktikum : Pemeriksaan indera
peraba
3. Tujuan : Untuk mengetahui
kepekaan seseorang untuk mendapatkan rangsang raba
4. Alat : Penutup mata , bulu ayam ( bulu kemoceng)
, raiter.
Media : Telapak tangan,
punggung telapak tangan , lengan dalam , punggung lengan , siku dalam , siku
luar
5. Jalannya
percobaan :
·
Testee
diperintahkan berdiri di depan dalam keadaan kedua mata ditutup.
·
Testee
diperintahkan merasakan dengan indera peraba yang disentuh dan menjawab hasil
dari sentuhan dari alat raiter & bulu ayam (kemoceng).
6. Hasil
percobaan :
Testee
|
Media
|
Telapak
tangan
|
Punggung
telapak tangan
|
Lengan
dalam
|
Punggung
lengan
|
Siku
dalam
|
Siku
luar
|
Audina
|
Bulu Ayam
|
Halus, geli
|
Geli, halus, lebih halus telapak
tangan
|
Lebih geli, halus
|
Tidak terlalu geli, lebih
geli lengan dalam
|
Tidak geli
|
Tidak geli
|
Ulin
|
Bulu Ayam
|
Geli
|
Halus, lebih geli
|
Lebih geli, halus
|
Tidak terlalu geli, lebih
geli lengan dalam
|
Tidak terlalu geli, lebih
geli lengan dalam
|
Tidak geli
|
Audina
|
Raiter
|
Geli, kasar
|
Tidak geli, kasar
|
Tidak tajam, kasar, tidak
geli
|
Tidak geli, kasar
|
Kasar, tidak geli, sakit
|
Kasar
tidak geli
|
Ulin
|
Raiter
|
Geli, kasar, benda tajam
|
Geli, kasar
|
Geli, kasar
|
Lebih geli, lebih kasar
|
Kasar, tidak geli
|
Kasar
tidak sakit
benda tajam
|
C. Kesimpulan
Pada praktikum ini kedua testee
diberikan sebanyak 6 pelakuan dengan media bulu ayam (kemoceng) dan raiter
dalam mata tertutup. Pada media bulu ayam (kemoceng)kedua testee mengalami
persepsi tekanan (bentuk, kelembutan, tekstur, getaran) yang berbeda-beda, pada
media bulu ayam kedua testee mengalami rasa geli. Rasa geli ini diakibatkan
gerakan-gerakan bulu ayam yang di gerakan asisten dengan lembut pada kulit
tangan akan membangkitkan sensor-sensor peraba yang lebut dan tipis, tepat di
bawah kulit (epidermis). Kedua testee mengalami geli yang berlebih pada
pelakuan telapak tangan dalam karena rasa geli gampang terjadi di bagian kulit
yang tipis seperti telapak tangan dalam, telapak kaki. Lalu media kedua adalah
raiter, testee merasakan kasar ini dikarenakan pada bagian ujung saraf peraba
dapat merasakan kasar dan halusnya sesuatu.Teste mempersepsi barang tersebut
benda tajam atau disebut stimulus mekanik.
PRAKTIKUM VI
INDERA PEMBAU (ORGANAN OLFACTUS)
A. Dasar
Teori
Pada sistem olfaction (penciuman) disebut
sebagai sensasi kimiawi karena berfungsi untuk memonitor substansi-substansi
kimiawi dari lingkungan di luar tubuh. Sistem olfactory merespon substansi
kimiawi yang ada di luar lingkungan dengan cara menghirup napas melalui
reseptor-reseptor nasal. Reseptor penerima bau terdiri dari jutaan reseptor
yang terletak di hidung bagian atas dalam jaringan tertutup selaput lendir yang
tidak dilalui udara yang disebut olfactory mucosa. Daerah yang
sensitif terhadap bau terletak pada bagian atap rongga hidung. Pada daerah
sensitif ini terdapat 2 jenis sel sebagai berikut (Hau, 2003: 109) :
1. Sel
penyokong berupa epitel-epitel.
2. Sel-sel
pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel saraf.
Selaput lendir berfungsi untuk melembapkan
udara. Sistem olfactory terdiri dari dendrit-dendrit yang terletak di
saluran-saluran pernafasan dan akson-aksonnya melalui suatu bagian di tulang
tengkorak (cribriform plate) yang kemudian masuk ke olfactory bulbs lalu
bersinapsis dengan neuron-neuron lainnya yang akan diproyeksikan melewati
traktus olfactory menuju otak.
Setiap saluran olfactory akan berproyeksi ke
beberapa struktur lobus temporal medial termasuk amigdala dan korteks piriform
(dekat dengan amigdala). Sistem olfactory adalah satu-satunya sistem sensori yang jalur utama ke otak tidak
harus melalui talamus. Dalam sistem olfactory terdapat dua jalur menuju otak,
yaitu:
1.
Dari
daerah piriform-amigdala berproyeksi menyebar ke sistem limbik.
2.
Dari
daerah piriform-amigdala berproyeksi melalui nuklei dorsal medial thalamus ke
korteks orbitofrontal (daerah korteks di permukaan inferior lobus frontal di
sebelah orbits atau lekuk mata).
B. Tahap-Tahap
Percobaan
1.
Topik : Indera Pembau
2.
Nama
Praktikum : Percobaan Indera
Pembau
3.
Tujuan : untuk mengetahui
kepekaan dan Kerjasama indera pembau seseorang dengan membedakan stimulus bau
yang berbeda-beda.
4.
Bahan : Bawang merah,
Terasi, & Parfum.
5.
Jalannya
percobaan :
·
Testee
diperintahkan berdiri di depan dengan keadaan mata ditutup.
·
Testee
diperintahkan untuk mencium bau dan menebak bau yang sudah di berikan.
·
Asisten
praktikum memberikan media menggunakan bawang merah.
·
Asisten
praktikum memberikan media menggunakan terasi.
·
Asisten
praktikum memberikan media parfum.
6.
Hasil
Percobaan
Testee
|
Media
|
||
Bawang Merah
|
Terasi
|
Parfum
|
|
Vicky
|
Sengir
|
Udang
busuk (terasi),
|
Wangi
seperti parfum
|
Isabella
|
Asem,
pedes seperti cabe
|
Bau
menyengat trasi
|
Wangi
seperti frambos
|
C.
Kesimpulan
Pada praktikum ini testee diberikan tiga
media untuk dihirup bau masing-masing. Setiap testee mempersepsi media tersebut
berbeda-beda. Pada media bawang merah kedua testee tidak mengenali media apa
yang digunakan. Lalu media kedua terasi, testee langsung mengenali media terasi
karena bau terasi tajam sehingga kedua testee segera mengenali bau tersebut
adalah terasi. Yang terakhir adalah media parfum, testee segera mengenali bau
tajam dari wangi media tersebut dan testee pun menyebutkan bahwa media tersebut
adalah parfum. Pada concha nasal superior hanya mencerna rangsangan benda-benda
yang dapat menguap dan berwujud gas, karena pada wanita ruang dalam menerima
gas lebih besar maka semakin tajam wanginya semakin mudah dikenal, semakin
lembut wanginya semakin sulit dikenal.
PRAKTIKUM VII
INDERA
PENGECAP (ORGANUS GUSTUS)
A. Dasar
Teori
Sistem
pengecap berhubungan dengan makanan. Molekul-molekul yang ada dalam makanan
yang dimakan akan bercampur dengan air liur di mulut sehingga makanan menjadi
lebih lunak dan akan mudah dirasakan oleh reseptor pengecap. Reseptor sistem
gustatory atau perasa berada di atas lidah dan bagian-bagian rongga mulut yang
pada umumnya berkumpul dalam bentuk klaster. Reseptor perasa disebut taste buds
yang umumnya terletak di sekitar kuncup pengecap yang disebut papillae. Resptor
dalam sistem gustatory tidak memiliki akson-akson sendiri, setiap neuron akan
membawa impuls dari sebuah taste buds yang menerima input dari banyak reseptor.
Sistem
Gustatory adala indra pengecap yang terdapat pada lidah dan memiliki 5 reseptor
pengecap utama, yaitu :
1.
Manis
(Sweet), pada puncak atau depan lidah, sensor pengecap paling tidak peka.
2.
Asin
(Salty), pada tepi lidah belakang.
3.
Asam
(Sour), pada tepi lidah depan.
4.
Pahit
(Bitter), pada pangkal atau ujung lidah. Sensor ini paling peka dibandingkan
yang lainnya sebagai sistem peringatan tubuh.
5.
Umami,
untuk merasakan rasa gurih, seperti makanan yang mengandung MSG.
Mekanisme sistem gustatory dimulai dari stimulus masuk ke mulut – bercampur air liur
– diterima oleh gustatory – dilanjutkan neuron-neoron ke bagian saraf kranial
wajah – saraf glassofaringeal – saraf vagus – serabut akan berkumpul di
solitary nucleus dari mandulla – bersinapsis dengan neuron lainnya dan
berproyeksi ke nukleus posterior ventral thalamus – berproyeksi ke korteks
gustatory primer di daerah wajah homunculus somatosensori di bibir superior
fissura lateral – korteks gustatory sekunder berada di dalam fissura lateral.
Proyeksi pada sistem gustatori adalah ipsilateral (searah). Daerah otak yang
mengorganisasikan rasa berada di kelompok-kelompok tertentu sesuai
pengkodeannya.Kemampuan mengecap seseorang bergantung pada hal-hal berikut:
1.
Faktor
individual, contohnya seseorang yang sedang sakit, maka kepekaan mengecapnya
jadi berkurang.
2.
Nilai
ambang, nilai ambang bergantung pada kebiasaan seseorang.
3.
Konsentrasi.
B. Tahap-Tahap
Percobaan
1.
Topik : Indera Pengecap
2.
Nama
Praktikum : Percobaan Indera
Pengecap
3.
Tujuan : Untuk mengetahui
kepekaan dan kerjasama indera pengecap seseorang dengan membedakan stimulus rasa
yang berbeda-beda.
4.
Bahan : Jeruk nipis, Kopi
hitam, Gula jawa
5.
Jalannya
percobaan :
·
Testee
diperintahkan berdiri di depan dalam keadaan mata ditutup.
·
Testee
diperintahkan untuk merasakan/mengecap dan menebak media/bahan apa yang
diberikan.
·
Ketua
praktikum memberikan media menggunakan jeruk nipis.
·
Ketua
praktikum memberikan media menggunakan kopi hitam.
·
Ketua
praktikum memberikan media menggunakan gula jawa.
6.
Hasil
Percobaan :
Testee
|
Media
|
||
Jeruk nipis
|
Kopi hitam
|
Gula jawa
|
|
Fafa
|
Asem seperti jeruk nipis
|
Pahit seperti kopi
|
Manis seperti gula jawa
|
Vida
|
Kecut seperti Jeruk nipis
|
Pahit banget seperti kopi
|
Manis seperti gula jawa
|
C. Simpulan
Pada praktikum
ini testee di berikan 3 media untuk di rasakannya, yang pertama adalah jeruk
nipis, kedua testee merasakan rasa asam, rasa asam ini dirasakan pada bagian
tepi lidah depan testee, testee segera mengenali media tersebut adalah jeruk
nipis. Yang kedua kopi hitam, testee merasakan rasa pahit, rasa pahit dirasakan
pada bagian pangkal atau ujung lidah yang merupakan sensor paling peka.
Testeepun langsung mengenali media kedua adalah kopi hitam. Yang ketiga media
gula jawa, testee merasakan rasa manis, rasa manis ini dirasakan pada bagian
puncak atau depan lidah, testee pun mengenali media tersebut adalah gula jawa.
DAFTAR
PUSTAKA
Walgito Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta :
CV. Andi Offset.
Sarwono
Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum.
Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Hapsari
Iriani Indri, Puspitawati Ira, Suryaratri Ratna Dyah. 2012. Psikologi Faal. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Ariebowo,
M. & Fictor Ferdinand P. Praktis
Belajar Biologi. Jakarta : Grafindo.
Ginsberg,
L. 2008. Lecture notes: Neurologi.
Jakarta : Erlangga.
Sulistya.
2011. Weber Rinne dan Schwabach Test. http://nerssulistya.blogspot.co.id/2011/04/weber-rinne-dan-schwabach-test.html. Diakses tanggal 11 November 2016.
Miftachur
Rohmah. 2014. Apparatus Psikologi. http://www.academia.edu/9463621/apparatus psikologi. Diakses tanggal 12 November 2016.
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar