Selasa, 30 Januari 2018

Analisis kasus Pencabulan Tugas psikologi forensik

PENCABULAN ?

      Secara umum, pencabulan adalah tindakan dimana orang dewasa berhubungan layaknya sebagai suami istri terhadap anak dibawah umur dengan jenis kelamin berbeda.
     Pencabulan adalah salah satu jenis pelecehan seksual. Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif, seperti: rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan sebagainya, pada diri orang yang menjadi korban (Supardi, S.& Sadarjoen, 2006).

     Walaupun sebagian besar korban pelecehan seksual dan perkosaan adalah wanita, akan tetapi dalam beberapa kasus, laki-laki juga dapat menjadi korban pelecehan seksual yang umumnya dilakukan oleh laki-laki juga. Pada sebagian besar kasus, perkosaan dilakukan oleh orang sudah sangat dikenal korban, misalnya teman dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan sebagainya. Sedangkan sebagian kasus lainnya, perkosaan dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.



Adapun pasal-pasal dan hukuman yang berlaku untuk perbuatan Cabul dan Sodomi seperti berikut ini:

Pasal Pencabulan

Pasal 82 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya perbuatan cabul, dipina dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”


Pasal Sodomi

Pasal 292 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.”



ANALISIS KASUS WAKIL DEKAN MELAKUKAN PENCABULAN

  

·      ANALISIS 

          Peran psikologi fornsik pada kasus ini adalah sebagai pendamping psikologi dan criminal profile. Dimana psikologi forensic membuat profil pelaku menemukan bahwa pelaku IKS sejatinya adalah seorang Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga. IKS selama ini dikenal aktif dalam berbagai penelitian dan kegiatan kampus. Sehingga pada 2015 dia diberi amanat menjabat wakil dekan bidang kerja sama.
  • ·        Alur persidangan

Praadjudikasi – adjudikasi – pasca adjudikasi
Praadjudikasi : peran psikologi forensic ada disini untuk menemukan sebab dan akibat terjadinya pelecehan seksual, dari mencari profil pelaku dan mendampingi korban serta pelaku sebelum adjudikasi. Ditemukan IKS (48) mengaku terus terang bahwa perbuatannya di ruang fitness elit tersebut adalah spontan terdorong hasrat yang tak mampu ditahannya. Kepada penyidik, IKS mengaku tak kenal dengan korban sebelumnya.

Adjudikasi :
Rehabilitasi untuk pelaku bertujuan agar orientasi seksual tersangka kembali normalPendampingan pada korban menerjunkan psikiater dari DP5A Jawa Timur. sebanyak dua orang tim dari DP5A sudah turun ke keluarga korban untuk mengetahui latar belakang keluarga dan kondisi anak. pendampingan keluarga akan diberikan pemahaman bagaimana berkomunikasi dengan korban. Keluarga sebagai pihak terdekat dari korban harus bisa menjaga komunikasi. Jangan sampai justru membuat anak terpojokkan dan merasa minder untuk berupaya jangan sampai anak mengalami trauma.
·         
  •     Pada kasus ini merupakan salah satu dari 10 macam kejahatan seksual yaitu pelecehan seksual. Pelecehan seksual sendiri adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks.
  •      Wakil III Dekat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, I Ketut Suardika, atas dugaan mencabuli remaja pria. melakukan tindakan pencabulan terhadap seorang anak di bawah umur. Korban seorang laki-laki yang tercatat sebagai seorang pelajar JS (16 tahun). Korban diketahui adalah siswa salah satu SMA swasta di Surabaya yang duduk di kelas sepuluh. Anak tersebut saat ini berusia 16 tahun.
  • ·  Pada kasus ini korban mengalami peristiwa traumatic yaitu korban sebenarnya sempat menghindar tapi  merasa ketakutan.

·         Dinamika trauma kejahatan seksual :
Saat kejadian tersangka IKS berbuat tidak senonoh dan cabul terhadap korban JS dengan bentuk oral seks. korban dan pelaku yang tidak saling kenal itu terlibat perbincangan singkat.Tiba-tiba, pelaku mendekati dan membuka handuk korban. Kejadian dilakukan di Celebrity Fitness lantai 4 Galaxy Mal Surabaya, Sabtu (1/4/2017).

Lalu pelaku mendekati korban dan melakukan pencabulan. Korban terkejut dan sempat teriak lalu berontak dan keluar dari ruang sauna.

 Korban JS Fight lalu kemudian, korban pun mengadukan peristiwa tersebut kepada manajemen fitness. kondisi JS korban pencabulan di bawah umur (pedofil) tidak terganggu pascakejadian. Kondisi psikologis (korban) stabil. tapi Pemkop tetap akan memeriksakan korban untuk memastikan kondisi psikisnya dan menerjunkan psikiater dari DP5A Jawa Timur membantu melakukan pendampingan dan pendekatan ke keluarga dan teman-temannya.






Tes Ravens Progressive Matrices (RPM)




 
Apa itu Ravens Progressive Matrices (RPM)??

RPM (Raven’s Progressive Matrices) merupakan salah satu bentuk test inteligensi yang tidak membutuhkan kemampuan verbal ataupun kemampuan dalam berhitung sama sekali. 


Vidio Tes RPM

A.    Sejarah Tes Ravens Progressive Matrices
Ravens Progressive Matrices (RPM) atau sering disebut sebagai Raven Matriks merupakan tes kelompok nonverbal yang biasa digunakan untuk pengaturan pendidikan. Tes ini pertama kali dikembangkan di Inggris pada tahun 1936 oleh John C. Raven. 

Awalnya tes Raven Matriks digunakan untuk rekruitmen tentara dari rakyat sipil Karena pada zaman itu banyak rakyat Inggris belum berpendidikan. Oleh sebab itu John C. Raven menciptakan Raven Matriks untuk mengukur inteligensi umum dengan berdasar pada teori Sperman yang disebut dengan teori dua faktor, teori ini terdiri dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umum General Factor (Faktor g) dan kemampuan spesifik Special Factor (Faktor s). Menurut Spearman kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum dan kemampuan khusus.
Raven Matriks merupakan tes intelegensi dengan Performance test atau sering disebut dengan Culture Fair, yaitu tes dibuat untuk menghilangkan bias budaya dengan meminimalkan perbedaan nilai antara satu budaya dengan budaya yang lain. Oleh sebab itu tes ini sering kali digunakan mulai dari penelitian untuk mengetahui kemampuan kognitif secara umum hingga untuk membandingkan kemampuan intelektual antar suku bangsa atau ras maupun kelompok mayoritas dan minoritas.
Tujuan tes ini untuk mengukur kemampuan berpikir dan kecerdasan umum yang terdiri dari dua komponen yaitu Eductive Ability yaitu kemampuan untuk berpikir jernih tentang ide-ide yang kompleks dan Reproductive Ability yaitukemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi. Tes Raven Matriks memiliki tiga bentuk tes yang berbeda tingkat kesulitannya sehingga dapat digunakan berdasarkan usia, yaitu :

a.      Standard Progressive Matrices (SPM)
Tes Matriks Progresif (SPM) adalah tes kemampuan umum (general mental ability) tes ini disusun sedemikian rupa sehingga pengaruh kemampuan verbal, kondisi budaya, dan tingkat pendidikan terhadap hasil tes terkecil. Tes matriks progresif (SPM) dirancang terutama berdasarkan pengukuran Spearman atau faktor umum “Spearman’s & factor”.
SPM bentuk standar terdiri atas 60 butir soal (matriks) atau pola-pola, yang terbagi lagi dalam lima perangkat (set) yaitu : Set A, B, C, D, dan Set E, dan masing-masing set terdiri atas 12 butir soal. Butir-butir soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersukar. Untuk set A dan B disediakan enam macam pilihan jawaban, sedangkan set C, D, dan E terdapat delapan pilihan jawaban. Untuk masing-masing soal, di antara pilihan yang bermacam-macam itu hanya ada satu jawaban yang betul. Semua soal-soal dan Tes Matriks Progresif ini hanya berwujud gambar tanda ada tulisan-tulisan, serta semua soal hanya memiliki dua warna yaitu hitam dan putih.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa ketgori berdasar besaran skor dan usia subyek tes:
Grade I            : kapasitas intelektual superior
Grade II          : kapasitas intelektual diatas rata-rata
Grade III         : kapasitas intelektual rata-rata
Grade IV         : kapasitas intelektual dibawah rata-rata
Grade V          : kapasitas intelektual terhambat
·         Tujuan SPM
Tujuan SPM (tes kemampuan umum) digunakan tidak terbatas pada lingkungan budaya tertentu karena butir-butir soal tes yang dicakup berupa gambar-gambar hitam putih yang sederhana tanpa menggunakan bahasa tertulis maupun lisan dalam mengerjakan butir-butir soal tes. Disebabkan karena berbentuk gambar-gambar maka kepada testi dituntut untuk mampu memahami suatu bentuk yang diamati dengan melihat hubungan di antaranya dan sekaligus memahami hakikat bentuk untuk melengkapi setiap sistem yang ada dan untuk mampu mengembangkan suatu metoda penalaran yang sistematis.
·         Aspek-aspek SPM
a)      Kemampuan penalaran ruang
b)      Menganalisis
c)      Mengintegrasi
d)      Mencari dan memahami sistem hubungan diantara bagian-bagian
e)      Kemampuan ketepatan
Jadi kemampuan intelektual seseorang siswa akan dapat dilihat dari skors total yang dicapai masing-masing individu siswa.
·         Sasaran SPM
Waktu penyajian tes ini tidak terbatas, hanya biasanya disediakan sekitar 30 menit untuk mengerjakan soal ditambah waktu untuk pemberian penjelasan
Tes Matriks Progresif ini digunakan untuk mengungkap kemampuan intelektual individu yang berusia 14 sampai 40 tahun (SMP kelas VIII, SMA/SMK, dan perguruan tinggi).


b.      .Coloured Progressive Matrices (CPM)
CPM terderi dari 36 gambar, gambar-gambar tersebut dikelompokan menjadi 3 kelompok setiap set ada dua belas persoalan dalam bentuk matriks berwarna yang disusun untuk mengakses kemampuan anak dibawah usia 11 tahun. Keseluruhan tes terdiri atas tiga set, yaitu Set A, Ab, dan B. tiga puluh enam permasalahan berbentuk matriks dimaksudkan untuk mengakses setepat mungkin perkembangan mental anak. CPM bergerak dari mudah ke sulit, yang menuntut keakuratan diskriminasi, soal-soal yang lebih sulit melibatkan analogi, permutasi, perubahan poin dan hubungan yang logis.

·         Tujuan CPM
Tes ini dirancang untuk digunakan bagi anak-anak dan sejumlah orang tua tertentu, serta untuk keperluan-keperluan klinis. Hasil tes CPM memungkinkan untuk menjelaskan kesenjangan yang teramati antara kapasitas seseorang anak yang dites untuk berfikir produktif dan kemampuan mereka untuk me-recall informasi. Dibidang klinis, tes ini digunakan sebagai tes individual ketika seseorang dewasa tertentu tidak mampu mengerjakan tes Matriks Progresif Standar (SPM).
·         Aspek-aspek CPM
a)      Berfikir logis atau menalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan sebelumnya.
b)      Kecakapan pengamatan ruang, yaitu kemampuan untuk membayangkan dan menganalisa ruang dengan baik.
c)      Kemampuan berfikir analogi, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang baru
d)      Kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan antara pola gambar besar dengan pola gambar kecil.
·         Sasaran CPM
Diperuntukkan bagi subyek yang berusia sangat muda atau justu yang berusia sudah tua. CPM  cocok untuk tujuan antropologis atau studi klinis serta cocok bagi subyek yang memiliki cacat jasmani atau kapasitas intelektualnya dibawah normal.


c.       Advanced Progressive Matrices (APM)
APM merupakan salah satu alat tes non verbal yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan-hubungan bagian gambar yang tersaji serta mengembangkan pola fikir yang sistematis penyajiannya dapat dilakukan secara klasikal dan individu. Terdiri dari 2 set dan berbentuk non verbal, yaitu seri I dan seri II. Set I disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II diberisikan 36 butir soal tes.
·         Aspek-aspek APM
a)      Kemampuan dalam hal ketepatan, yaitu kemampuan seseorang dalam menghitung
b)      Daya abstraksi, yaitu kemampuan menangkap, membayangkan, dan menganalisis suatu hal yang dilihat atau ditangkap indera secara abstrak
c)      Kemampuan penalaran ruang, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami konsep ruang (spasial)
d)      Berfikir sistematis, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaiakn suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien.
e)      Kecepatan dan ketelitian, yaitu kemampuan untuk menangkap, mengolah informasi dengan cepat dan teliti.
f)       Kosentrasi, yaitu kemampuan untuk memberi atensi atau perhatian terhadap suatu hal dalam suatu waktu dengan baik.
·         Tujuan
Tes APM bertujuan untuk mengungkap kemampuan efisiensi intelektual, untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Serta untuk mengatur tingkat intelegensi yang bertujuan analisis klinis
·         Sasaran
Tes ini dirancang untuk remaja, dewasa dan individu dengan kemampuan intelektual diatas rata – rata superior.


.





DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2011. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.





BAKAT DAN CONTOH KASUS

BAKAT



            Sifat khas yang bersumber pada bakat besar peranannya dalam proses pendidikan, adalah hal yang ideal. Kalau kita dapat memberikan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan bakat para anak didik. Mengembangkan minat dan bakat bertujuan agar seseorang belajar atau dikemudian hari bisa bekerja dibidang yang diminatinya dan sesuai minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias.Suatu hal yang dipandang self-evident ialah bahwa seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya, demikian pula dalam lapangan kerja, seseorang akan lebih berhasil kalau dia bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya.
Mengembangkan minat dan bakat bertujuan agar seseorang belajar atau dikemudian hari bisa bekerja dibidang yang diminatinya dan sesuai minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias.

APA ITU BAKAT?? 

A.    PENGERTIAN BAKAT MENURUT PARA AHLI
 Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.

vidio mengenai apa sebenarnya bakatmu?



        Menurut William B. Michael ( Sumadi Suryabrata, 1991:168) bakat diartikan sebagai berikut: “ An aptitude may be defined as a person’s capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has had little or no previous trainig (Michael, 1960, p.59). Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan sebelumnya.
Menurut Bingham (Sumadi Suryabrata, 1991: 168 – 169) memberikan definisi bakat sebagai berikut : “An aptitude ... as a condition or set characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language, to produe music, ... etc”.  Dari definisi itu, Bingham menitikberatkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan latihan.
Woodworth dan Marquis memberikan definisi: “aptitude is predictable achievement and can be measured by specially devised test” (Woodworth dan Marquis, 1957, p.58). Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan dalam kemampuan (ability). Menurut dia ability mempunyai tiga arti, yaitu:
1.      Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
2.      Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
3.      Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.




B.     DIMENSI BAKAT
Gulford ( Sumadi Suryabrata, 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup tiga dimensi psikologis yaitu:
1.      Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain:
a)      Kepekaan indera
b)      Perhatian
c)      Orientasi waktu
d)     Luasnya daerah persepsi
e)      Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2.      Dimensi Psikomotor
Dimensi psikomotor ini mencakup enam faktor, yaitu:
a)      Kekuatan
b)      Impuls
c)      Kecepatan gerak
d)     Ketelitian, yang terdiri atas dua macam, yaitu:
(1)   Faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan pada posisi.
(2)   Faktor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan pada getaran.
e)      Koordinasi
f)       Keluwesan
3.      Dimensi Intelektual
Dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu:
a)      Faktor ingatan, yang mencakup:
(1)   Substansi
(2)   Relasi
(3)   Sistem
b)      Faktor pengenalan, yang mencakup:
(1)   Keseluruhan informasi
(2)   Golongan (kelas)
(3)   Hubungan-hubungan
(4)   Bentuk atau struktur
(5)   Kesimpulan
c)      Faktor evaluatif, yang mencakup:
(1)   Identitas
(2)   Relasi-relasi
(3)   Sistem
(4)   Penting tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
d)     Faktor berpikir konvergen, yang mencakup:
(1)   Nama-nama
(2)   Hubungan-hubungan
(3)   Sistem-sistem
(4)   Transformasi
(5)   Implikasi-implikasi yang unik.
e)      Faktor berpikir divergen, yang mencakup:
(1)   Untuk menghasilkan unit-unit, seperti: word fluency, ideational fluency.
(2)   Untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan.
(3)   Kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan.
(4)   Untuk menghasilkan sistem, seperti: expressional fluency.
(5)   Untuk transformasi divergen, dan
(6)   Untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.

C.    JENIS-JENIS BAKAT
Bakat merupakan suatu kondisi atau suatu kulaitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga berarti  kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang,yaitu:
1.  Bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan sejenisnya.



2.  Bakat kreatif – produktif, artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dan sejenisnya.





3.
 
Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat.

4. Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis.          
         


5. Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam kepemimpinan.

Sehubungan dengan cara berfungsinya ,ada dua jenis bakat yaitu :
1.      Kemampuan pada bidang khusus ( talent ) seperti pada bakat music , bakat menari , olah raga dan lain-lain.
2.      Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di bidang teknik arsitek.

D.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAKAT
1.      Anak itu sendiri.
Misalnya anak itu tidak tau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.
2.      Lingkungan Anak
Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak
Adapun kondisi – kondisi lingkungan yang bersifat memupuk bakat anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis.
Anak akan merasa aman secara psikologis apabila:
a.       Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa dasarnya ia baik dan mampu.
b.      Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa “dinilia” oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
c.       Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak. Dalam suasana ini anak akan merasa aman untuk mengungkapkan bakatnya.

    2.      BEBERAPA MACAM TES BAKAT
       1. DAT (Differential Aptitude Test)
Merupakan salah satu seri tes yang paling banyak di pakai dalam bidang pendidikan & Vokasional (pekerjaan). Dasar Teori : Memakai teori kelompok faktor kecerdasaan model PMA atau kemampuan mental primer dari Thurstone. Sub tes-nya ada 8 macam, masing" dapat berdiri sendiri sehingga dapat dipakai secara terpisah.
1.      VR (verbal reasoning)
2.      NA (numerical ability)
3.      AR -- abstract reasoning
4.      CSA -- clerical speed & accuracy
5.      MR -- mechanical reasoning
6.      Space relations
7.      Language usage I -- spelling ability
8.      Language usage II -- grammar ability
Seri tes pada DAT berupa tes bakat atau power test kecuali sub clerical speed & accuracy.

contoh tes DAT

2.      GATB (General Aptitude Test Battery)
Mencakup 12 tes yang menghasilkan 9 faktor yaitu :
1.      G (General Learning Ability) : Kosa kata, penalaran aritmatika, ruang 3 dimensi
2.      (Verbal Aptitude) : Kosa kata, memilih 2 kata yang mempunyai arti sama/berlawanan.
3.      (Numerical Aptitude) : Komputasi (perhitungan) & penalaran aritmatika
4.      (Spatial Aptitude) : Kemampuan memahami gambar 2 dimensi yang mewakili objek 3 dimensi atau visualisasi pengaruh gerakan dalam 3 dimensi.
5.      (Form Perception) : Mencocokan gambar alat – alat yang identik serta bentuk – bentuk geometrik
6.      (Clerical Perception) : Mirip dengan P tetapi menuntut mencocokan nama
7.      (Motor Coordination) : Membuat tanda tertentu menggunakan pensil pada sederet bujur sangkar.
8.      (Finger Dexterity) : Memasang keeling & membongkar cincin atau mur
9.      (Manual Dexterity) : Memindah & membalikkan pasak – pasak kecil dalam papan
12    macam sub tesnya adalah :
1.      Tes perbandingan nama (Name Comparison)
2.      Tes komputasi (Perhit)
3.      Tes tiga dimensi (Three Dimentional Space)
4.      Tes perbendaharaan kata (Vocabulary)
5.      Tes memasangkan alat (Tool Matching)
6.      Tes arithmatik
7.      Tes memasangkan bentuk (Form Matching)
8.      Tes membuat tanda (Mark Making)
9.      Tes meletakkan (Place Test)
10.  Tes membalik (Turn Test)
11.  Tes merakit (Assemble)
12.  Tes mengurai (Dissemble)

A.    Sub tes diatas dibagi lagi dalam 2 kelompok tes :
a.       No 1 s/d 8 adalah tes verbal atau tes paper & pensil yang mana penyajiaanya harus urut
b.      No 9 s/d 12 adalah tes perform atau non paper & pencil test yang dapat diberikan sesudah/sebelum tes verbal.



3.      FACT (Flanagan Aptitude Classification Test)
Membantu menentukan kemampuan kerja yang dimiliki. Mencakup 14 atau 16 sub tes yang terdiri dari :
1.      Tes inspeksi : Mengukur kemampuan melihat kekurangan pada gambar objek atau serangkaian artikel.
2.      Tes coding : Mengukur kecepatan & ketepatan dalam pemberian kode atas informasi khusus perkantoran
3.      Tes memory : Mengukur kemampuan mengingat atau menyebutkan kode yang sudah di berikan
4.      Tes assembly : Mengukur kemampuan melihat sejumlah objek yang terpisah"
5.      Tes skala : Mengukur kecepatan & ketepatan dalam membaca skala, grafik, peta
6.      Tes koordinasi : Mengukur kemampuan koordinasi gerakan tangan & lengan
7.      Tes judgement & comprehension : Mengukur kemampuan membaca dengan pemahaman, penalaran serta mengambil keputusan secara tepat dalam situasi praktis.
8.      Tes aritmatika : Mengukur kecakapan berhitung + - : /
9.      Tes pola : Mengukur kemampuan membuat pola – pola sederhana secara tepat & teliti
10.  Tes table : Mengukur kemampuan membaca table secara tepat & akurat
11.  Tes komponen : Mengukur kemampuan untuk mengidentifikasi bagian – bagian dari suatu komponen
12.  Tes mekanik : Mengukur kemampuan memahami prinsip – prinsip mekanik & menganilis gerakanya.
13.  Tes ekspresi : Mengukur kemampuan komunikasi ide – ide dalam tulisan & percakapan
14.  Tes kecerdikan : Mengukur kemampuan untuk berkreasi dalam mengamati suatu masalah
15.  Tes kesiagaan : Mengukur kemampuan untuk menguasai situasi & mengambil tindakan yang diperlukan.
Tes FACT juga dapat dipakai untuk mengatur penempatan subjek pada pekerjaan atau jabatan tertentu seperti :
a.       Akuntan ... subtes 2, 3,8, 9 & 12
b.      Insinyur/arsitek ... subtes 5, 6, 8, 10, 11, & 13
c.       Juru rawat ... subtes 3, 6, 8
d.      Pilot ... subtes 1, 5, 6, 7, 8, 11, 13
e.       Psikolog ... subtes 8 & 14.


CONTOH KASUS
KASUS 1
Seorang anak laki-laki berumur lima tahun dari keluarga sederhana, ibu berpendidikan SD dan ayah tamat SMA. Rifa’i adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, semuanya laki-laki. Pada umur 2-3 tahun Fai menjadi buah bibir masyarakat Indonesia karena sering ditampilkan di media massa, surat kabar, majalah, televisi. Ia disebut – sebut sebagai’’anak genius’’ karena pada umur 2-3 tahun sudah hafal nama-nama menteri cabinet Indonesia,  kepala negara dan bendahara dari barbagai negara, berbagai ayat suci Al Qur’an, dan dapat dengan lancar mengucapkan teks proklamasi.
Perkembangannya, sebagaimana dikemukakan oleh orang tuanya, memang tampak maju untuk umurnya. Belum umur satu tahun ia sudah tidak mengompol, ia dapat berjalan pada umur 11 bulan dan mulai berbicara pada umur satu tahun, walaupun sampai beberapa tahun ia masih cadel dalam berbicara. Orangtuanya sering ‘’kewalahan’’ menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Ia cepat belajar lagu – lagu dan senang dengan macam-macam kuis. Pada umur 3,5 tahun ia sudah mampu main game watch dan main catur (walaupun masih membuat banyak kesalahan), dan juga sudah dapat membaca dan menulis. Pada umur lima tahun ia sudah tampil di televisi untuk membaca puisi. Ia pun ikut dengan salah satu sanggar teater di Jakarta dan memainkan peran utama disalah satu lakon.
Dalam bermain,  karena orangtuamya tidak mampu ,membelikan macam – macam mainan untuknya, Fai dapat membuat mainannya sendiri, misalnya membuat kuda – kudaan atau kendaraan perang – perangan dari tutup botol dan bahan – bahan yang tersedia lainnya. Menurut orangtuanya, Fai tidak pernah merasa bosan, ada saja kegiatan yang ia lakukan. Ia tampak haus akan pengetahuan.
Keluarga Fai tinggal di rumah kontrakan kecil yang terletak di gang yang penduduknya sangat padat. Luas rumahnya kurang dari 50m², terdiri dari ruang tamu yang juga dipakai untuk menggantungkan pakaian dan cucian, dan sekaligus merupakan ruang belajar. Ruang keluarga dengan satu televisi berwarna, juga tampak padat. Satu kamar tidur digunakan oleh orang tua dan tiga anak. Fasilitas belajar yang tersedia sangat terbatas.

KASUS 2

Abdi Putra (22) adalah seorang mahasiswa Teknik  Sipil di sebuah Universitas Negeri di kota T***. Ia sekarang duduk di tingkat 3, semester 6. IPK nya cenderung menengah ke bawah, pas-pas makan istilah teman-temannya. Semangat belajarnya pun senin kamis, aras-arasan, atau dengan kata lain tergantung moodnya. Padahal jurusan teknik sipil adalah pilihannya, dengan seleksi yang ketat, ia berhasil masuk ke sebuah Universitas bergengsi di kotanya. Tak main-main, ia berhasil menduduki peringkat 3 dari ratusan saingannya. Ketika itu, banyak yang menyangka, Abdi akan menjadi mahasiswa brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Betapa tidak, sejak masih di bangku sekolah, Abdi pun terkenal karena prestasi akademiknya yang memukau. Ia sering mengharumkan nama sekolahnya dengan berbagai medali olimpiade yang dimenangkannya. Mulai olimpiade fisika, matematika maupun kimia. Maka tak heran, banyak yang memprediksi dan menaruh harapan besar bahwa Abdi nantinya akan menjadi ahli Teknik yang handal, ketika ia memilih Teknik menjadi jurusannya. Bahkan, jurusan teknik sipil ini sebenarnya adalah rekomendasi dari salah seorang guru fisika yang dekat dengannya “ Ia akan menjadi insyinyur yang sangat berbakat”, begitu kata gurunya. Maka Abdi pun memilih jurusan ini.
Namun, kenyataanya berbalik sempurna ketika ia masuk jurusan tersebut. Ia bukanlah Abdi siswa yang cemerlang, melainkan menjadi Abdi mahasiswa pemalas, tak ada semangat, dan terancam droup out. Yang anehnya, Abdi tampak sangat antusias jika ia mengutak-atik komputer. Pun ketika ia menjelajah di dunia Internet, ia sangat menikmatinya. Bahkan, sekarang ini Abdi menjadi operator di sebuah warnet terbesar di kotanya, suatu pekerjaan yang sangat bertolak belakang dengan kuliahnya. Apa yang terjadi? Apakah pelajarannya terlalu rumit untuk Abdi yang cerdas atau Abdi telah menjadi mahasiswa salah jurusan?



BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS 1
Menurut Bingham (Sumadi Suryabrata, 1991: 168 – 169) memberikan definisi bakat sebagai berikut : “An aptitude ... as a condition or set characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language, to produe music, ... etc”.  Dari definisi itu, Bingham menitikberatkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan latihan.
Dilihat dari kasus Rifai. Fai memiliki taraf kecerdasan yang tergolong cukup tinggi. Kemampuan menggunakan koordinasi psikomotorik berkembang lebih baik daripada penalaran herbalnya. Fai cukup menguasai dasar-dasar skolastik pada umur 4 tahun yang diperlukannya sebagai persiapan masuk kelas 1 SD.
Faktor yang mempengaruh perkembangan bakat Rifai:
1.      Lingkungan anak
Pada kasus Rifai kondisi sosial ekonomi yang kurang menunjang keluarga ini sehngga orang tuanya tidak dapat mengikutsertakan Fai pada berbagai kegiatan yang ditawarkan disekolah karena tidak mampu membiayainya yang mengakibatkan Rifai krmmpusnnys dalam berfikir kreatif kurang menonjol.
KASUS 2
Dilihat dari kasus kedua dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Abdi adalah seorang yang berbakat dalam hal intelektual, karena dia merupakan seorang yang brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Ia sering mengharumkan nama sekolah dengan berbagai medali olimpiade yang dimenangkannya. Mulai dari olimpiade Fisika, Kimia hingga Matematika.
Namun dalam kasus tersebut kemampuan intelektualnya justru berbanding terbalik setelah ia duduk dibangku kuliah dengan jurusan teknik. Ia menjadi mahasiswa yang pemalas dan tak ada semangat bahkan sampai terancam drop out. Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kasus Abdi ini sering terjadi dan banyak yang bertanya-tanya mengapa seorang yang  berbakat sekarang menjadi seperti demikian, apa penyebabnya ?
Ada banyak faktor yang menyebabkan Abdi menjadi seperti itu.
·         Faktor Eksternal
1.      Rekomendasi/saran yang kurang tepat
Dalam hal memberi saran terutama orang-orang yang dekat atau memiliki hubungan khusus dengan seseorang  tidak bisa hanya memberi saran menurut penilaiannya semata. Dan dari satu pihak, karena sesuatu yang dianggap bernar belum tentu benar untuk orang lain. Sehingga sebelum memberi saran seseorang harus mengetahui pribadi orang yang akan diberi saran, dengan demikian bisa membei saran yang tepat dengan mempertimbangkan pemikiran dari kedua pihak.
2.       Salah memilih jurusan kuliah
Salah satu penyebab Abdi menjadi seperti itu adalah kesalahan dalam mengambil jurusan kuliah. Saat lulus SMA seseorang belum begitu bisa berfikir jauh untuk masa depan dan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan. Dalam kasus ini disebutkan ia memilih jurusan teknik sesuai saran seorang guru fisika yang dekat dengannya. Padahal apabila seseorang melakukan sesuatu hal yang tidak ia sukai atau dengan terpaksa maka hasilnya akan kurang baik bahkan gagal.
3.      Kurang terbuka dan kurang percaya diri
Sebenarnya masalah Abdi ini dapat dicegah atau setidaknya bisa diminimalisir apabila Abdi bisa terbuka dan mau menerima saran dari orang-orang disekitarnya. Sehingga ia akan lebih banyak masukan dari orang lain untuk kebaikannya dan tidak hanya terpaku pada satu pendapat supaya akan lebih banyak pertimbangan.
4.      Kurangnya perhatian keluarga
Kebanyakan orang tua akan mudah percaya dan cenderung lebih cuek saat menganggap anakna mampu melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kasus Abdi, keluarga terlalu percaya dengan kemampuan Abdi dalam hal akademik karena prestasi-prestasi yang telah diperoleh Abdi sebelumnya orang tua cenderung membiarkan dan cuek terhadap kuliah Abdi. Padahal sebagai orang tua tetap harus memperhatikan kedalam anak dan tetap mengarahkan untuk menjadi lebih baik tidak boleh hanya percaya dan cuek terhadap kondisi sang anak. Saat sang anak mulai kehilangan arah, orang tua dapat memberi masukan dan dorongan yang dapat memberi jalan keluar dengan baik untuk anaknya.

·         Faktor Internal
Faktor internal Abdi adalah dia telah kehilangan semangat belajar dan telah memfonis bahwa dirinya telah salah mengambil jurusan kuliah sehingga menyebabkan ia menjadi pemalas dan tidak berminat dalam kuliah, yang secara tidak langsung membatasi dirinya untuk bisa, bersemangat dan minat kuliah.



KESIMPULAN DAN SARAN
Bakat adalah kemampuan dasar yang dimiliki setiap individu sebagai bawaan sejak lahir.
Bakat mencakup 3 dimensi psikologis yaitu:
1.      Dimensi perceptual
2.      Dimensi psikomotor
3.      Dimensi intelektual
     SARAN
Sebaiknya setiap orang harus mengetahui bakat masing – masing dari setiap individu, sehingga dalam proses pembelajaran bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diinginkan. Apabila belum mengetahui bakatnya maka bisa dilakukan tes yang mana tes tersebut bisa mengklasifikasikan bakat mana yang tepat untuk orang tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata Sumadi.1971. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (Hal 159 – 168).
Sunarto, Hartono Agung.2002.Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya (Hal 115 – 126).
Azwar.2013. Pengertian Jenis Cara mengukur dan Cara Mengoptimalkan Bakat. https://googleweblight.com/?lite_urlDiakses tanggal 18 November 2016
Riekha.2012. Contoh Studi Kasus Bakat dan Intelegensi. Faceblog-riekha.blogspot.co.id. Diakses tangal 19 November 2016
https://www.youtube.com/watch?v=LcrY5y53gIA