Para ilmuwan psikologi umumnya sesuai dalam pendapat bahwa pokok persoalan psikologi adalah perilaku, namun tetap terdapat perbedaan yang besar sekali dalam pendapat mereka mengenai hal-hal apa saja tepatnya yang harus dimasukkan ke dalam kategori perilaku tersebut. Dalam pengertian paling luas, perilaku ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar, lari, menggerakkan sesuatu, semuanya itu adalah perilaku. Dengan kata lain, perilaku adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Sedangkan menurut pengertian yang lebih sempit, perilaku hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif (Chaplin, 2005). Hampir sama dengan definisi tersebut, Atkinson dkk (tanpa tahun) menyatakan bahwa perilaku adalah aktivitas suatu organisme yang dapat dideteksi. Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency atau ketergantungan tembakau. Tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perlaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Sementara Leventhal & Cleary (1980) menyatakan bahwa perilaku merokok terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok yang dilakukan secara menetap dan terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.
vidio mengapa seseorang mengalami kecanduan merokok
Disini terdapat analisis kasus dimana subjek adalah mantan perokok aktif, dan sekarang sudah berhenti merokok. Analisis ini berkaitan dengan materi psikologi kesehatan
A. Identitas
subyek
Nama : Budi
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Penjaga parkir
Latar belakang
Subyek
bernama Budi berusia 50 tahun bekerja sebagai penjaga parkit di Universitas
Semarang. Subyek sudah merokok sewaktu duduk di bangku SMP namun ditahun 2011
semenjak sakit batuk dan hipertensinya tinggi subyek dianjurkan untuk berhenti
merokok oleh dokter. Subyek pun mengikuti dan akhirnya berhenti merokok.
B.
Waktu
Observasi
Observasi
dilaksanakan pada hari rabu tanggal 08 November 2017 pukul 11.30 di lapangan
parkir Universitas Semarang.
C.
Determinan
Perilaku Kesehatan
Menurut
Teori Snehandu B. Karr
1. Intention
(Niat) : Subyek B berniat untuk berhenti merokok setelah menderita penyakit
batuk dan hipertensinya naik. Kemudian disarankan untuk berhenti merokok.
2. Social
Support (Dukungan Sekitar): Keluarga mendukung subyek B untuk berhenti merokok
3. Accessibility
Of Information (Terjangkaunya/Tersedia Informasi): subyek B mengetahui bahaya
dan cara-cara untuk berhenti merokok dari pamphlet, iklan sama dari
petugas-petugas kesehatan yang memberi tahu tentang bahaya rokok
4. Personal
Autonomy (Kebebasan Pribadi): subyek B memiliki kebebasan untuk memilih
mengikuti saran dokter untuk berhenti merokok atau tidak. Dan subyek B memilih
untuk mengikuti saran dokter
5. Action
Situation (Kondisi yang Memungkinkan): subyek memilih berhenti merokok karena
merasa adanya perbedaan kondisi badannya lebih segar ketika sudah tidak merokok
lagi.
D.
Model-model
Teoritik Penjelasan Kesehatan dan Penyakit
Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai macam-macam faktor.
Berdasarkan subyek B dapat dijelaskan dengan model Multifactorial System. Dalam
model teoritik ini dijelaskan bahwa tidak hanya lingkungan yang menyebabkan
individu terserang penyakit akan tetapi individu itu sendiri.
E.
Klasifikasi
perilaku kesehatan
Perilaku
kesehatan:
1. Perilaku
peningkatan kesehatan
Pada subyek B
menerapkan olahraga secara teratur, yaitu bersepeda dipagi hari setelah sholat
subuh. Subyek B mengetahui bahaya merokok dari pamphlet dan iklan tentang
bahaya rokok, sehingga membuat subyek tidak ingin merokok kembali.
2. Pemulihan
Untuk pemulihan
subyek B mengimbangi dengan memperbanyak konsumsi air putih dan susu setiap
harinya.
3. Perilaku
yang berhubungan dengan gaya hidup
Subyek B memperhatikan
pola makan setiap harinya secara teratur seperti menghindari makanan yang
menandung banyak kolesterol, gula, dan makanan yang mengandung bahan pengawet
karena subyek B mengidap penyakit hipertensi.
4. Penyembuhan
Semenjak subyek
B sakit batuk, dianjurkan oleh dokter untuk mengurangi rokok yang membutuhkan
waktu sekitar dua minggu. Setelah penyembuhan, subyek ingin merokok kembali,
namun subyek merasa ada perbedaan sehingga subyek memutuskan untuk berhenti
merokok.
5. Pencegahan
Subyek B
membatasi dengan cara apabila ada teman yang menawarkan rokok subyek B hanya
tiga tiup tidak dihabiskan lalu dibuang.
6. Perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan
Subyek B membuang
puntung rokok pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://unikunik.wordpress.com/2009/05/03/teori-perilaku-merokok/
DAFTAR PUSTAKA
https://unikunik.wordpress.com/2009/05/03/teori-perilaku-merokok/
0 komentar:
Posting Komentar